Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menemui Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders untuk membahas pentingnya menghentikan kampanye hitam atas produk sawit asal Indonesia. Salah satu isu yang dipersoalkan Eropa ialah soal sertifikasi.

Dalam hal ini, ISPO atau Indonesian Sustainable Palm Oil System merupakan sertifikasi yang diakui Indonesia. Namun, ISPO ditolak Eropa. Negara-negara Eropa mengharuskan para importir sawit dari Indonesia mendapatkan sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

“Oleh karena itu, sudah ada satu joint study yang mengo-ver elemen-elemen yang ada di ISPO dan RSPO. Sertifikasi kan tidak perlu harus melalui RSPO kalau elemen-elemen yang ada di dalam ISPO itu sama dengan yang ada di RSPO,” kata Retno kepada wartawan Media Indonesia Irvan Sihombing di The Hotel seusaj mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri Indonesia-Belgium High Level Roundtable Discussion di Brussels, Belgia, Selasa (10/10).

Dalam pembicaraan dengan negara-negara Uni Eropa ataupun dengan Komisi Eropa, ujarnya, pemerintah Indonesia selalu mendorong agar melihat mekanisme yang ditempuh Indonesia soal industri kayu gelondongan.

Sejak 2016 Indonesia telah mewajibkan semua produk kayu yang diekspor untuk mengantongi sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dari hulu sampai hilir. Uni Eropa pun secara resmi mengakui SVLK sehingga kayu besertifikat dari Indonesia dianggap memenuhi standar.

“Indonesia sudah punya sertfikat melalui SVLK. Setelah itu, kita bicara dengan dasar SVLK (untuk sertifikasi produk sawit) yang selanjutnya ditambah atau disesuaikan agar nanti bisa diterima (Eropa),” ungkap Retno.

Menurutnya, Komisi Eropa memberi lampu hijau untuk mencabut hambatan bagi masuknya produksawit asal Indonesia. Namun, bukan berarti Indonesia langsung mengendurkan upaya diplomasi. “Pesan itu tidak cukup disampaikan sekali. Saya kira kita di dalam negeri juga terus memperbaiki lingkungan situasi yang terkait dengan kelapa sawit,” ujarnya.

Meski demikian, sambung Retno, Indonesia bisa memahami kekhawatiran Eropa, antara lain mengenai deforestasi, keberlanjutan Lingkungan hidup, dan dampak sawit bagi kesehatan. Namun, Indonesia punya data ilmiah yang hasilnya tidak sama dengan yang dituduhkan Eropa.

(H-2)

Sumber: Media Indonesia