Minyak goreng sampai saat ini masih sulit didapat meski pasokannya sudah dijamin oleh Pemerintah. Peritel menjamin tidak ada penimbunan yang dilakukan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan, perhatian peritel saat ini tertuju pada minyak goreng. Dia menegaskan tidak ada aksi penimbunan yang terjadi di ritel.

“Kita peritel tidak produksi barang, artinya barang yang datang ya kita jual. Kita tidak berpikir untuk menimbun, itu nggak kepikir,” jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/2/2022).

Solihin yang juga menjabat sebagai Corporate Affairs Director Alfamart menambahkan, saat ini kondisinya memang sudah lebih baik, meski belum 100%. Dimana pada service level atau atau barang yang dikirimkan ke pasar modern naik sudah naik menjadi 15%.

Dia mencontohkan seperti di Alfamart untuk pemenuhan minyak goreng yang dipesan ke produsen awalnya hanya 270 – 300 ribu liter, sudah menjadi 900 ribu liter. Namun kelangkaan ini juga terjadi karena meningkatnya pembelian dari masyarakat.

“Seperti di awal tahun kita tahu sendiri terjadi panic buying ibu rumah tangga tidak kebagian minyak goreng, meski sudah dibatasi jumlah minyak goreng per orang,” jelasnya.

Namun dia mengakui kalau kalau ada pesanan minyak goreng yang belum dikirimkan dari produsen.

“Sejumlah belum dipenuhi dari yang kita minta iya, tapi saya nggak bisa sampaikan masalahnya apa, karena saya di tingkat penjual,” jelasnya.

Solihin melihat dalam beberapa minggu ke depan kondisi pasokan minyak goreng sudah bisa lebih baik dengan meningkatnya pasokan pengiriman. Dia mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara berlebihan.

Minyak Goreng Masih Langka di Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Minyak Goreng Masih Langka di Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Minyak Goreng Masih Langka di Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan keberadaan minyak goreng saat ini masih tertahan di tingkat pedagang. Baik ritel modern, pasar tradisional, maupun toko/warung.

“Februari ini bisa chaos. Sekarang semua macet. Di domestik juga macet. Di Desember 2021 pedagang beli minyak goreng yang mahal, Rp18-19 ribu per liter. Tahu-tahu di Januari 2022 disuruh jual Rp14.000, terus Februari ada HET Rp11.500 – 14.000 per liter. Pedagang mau rugi nggak,” kata Sahat Sinaga kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/2/2022).

Dia menjelaskan pedagang tidak mau rugi dengan minyak goreng yang sudah dibeli mahal sebelum ada patokan harga eceran tertinggi.

Selain itu pedagang juga menunggu pasokan minyak goreng baru yang diproduksi dengan Harga Eceran Tertinggi terbaru.

“Kalau tidak ada solusi, pedagang atau peritel mungkin baru terpaksa melepas stok mereka, meski merugi karena tadinya dibeli mahal,” katanya.

Sumber: Cnbcindonesia.com