JAKARTA – Komoditas minyak kelapa sawit semakin diminati di Rusia. Pada 2017, total konsumsi minyak sawit Rusia mencapai 650 ribu ton dan hampir seluruhnya diimpor dari Indonesia. Karena itu, pemerintah dan pelaku usaha di Rusia mengharapkan Indonesia segera memiliki kantor perwakilan perdagangan minyak sawit di Moskow, Rusia.

Direktur Eksekutif Fat and Oils Foods Producers and Consumers Association Rusia Ekaterina A Esterova menyatakan, meskipun diminati namun pertumbuhan pasar minyak sawit di Rusia masih terhalang oleh kampanye negatif.Pada 2017, total konsumsi minyak sawit di Rusia berkisar 650 ribu ton dan 615 ribu ton di antaranya dari Indonesia. “Sebagian besar atau sekitar 80% minyak sawit yang kami konsumsi berasal dari Indonesia, hanya sedikit yang dari Malaysia,” kata Esterova.

Esterova mengatakan itu saat menerima delegasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di kantornya di Moskow, pekan lalu. Karena itu, dalam keterangan yang dilansir Gapki, Esterova menyampaikan bahwa pemerintah dan pelaku usaha di Rusia mengharapkan Indonesia memiliki kantor perwakilan perdagangan minyak sawit di Moskow. Hal itu menyusul kecenderungan konsumsi minyak sawit yang meningkat di negara terbesar di EropaTimur tersebut. Sebagian besar konsumsi minyak nabati di Rusia masih berasal dari minyak bunga matahari. “Karena harga yang lebih murah, minyak sawit semakin diminati. Hanya saja, pertumbuhan konsumsi minyak sawit terhambat oleh kampanye negatif di sini,” kata Esterova.

Asosiasi yang dipimpinnya, kata Esterova, siap membantu kampanye sawit di Rusia. Perlu dibangun kesadaran bahwa yang membahayakan kesehatan adalah lemak jenuh (trans-fat). Di sisi lain, di antara minyak nabati, minyak sawit paling sehat karena tidak mengandung transfat “Jika ada representative office di Moskow, kita akan lebih mudah berkomunikasi,” ujar dia

Dalam kesempatan itu. Ketua Umum Gapki Joko Supriyono yang memimpin Tim Gapki dalam kunjungan ke Rusia ini, menyambut baik usulan tersebut “Akan kami sampaikan kepada pemerintah tentang perlu menjaga pasar Rusia ini,” kata Joko.

Pada kesempatan terpisah di Moskow, Zinaida Medvedeva, peneliti pada National Research Center Rusia menegaskan aspek kesehatan dari minyak sawit. Minyak sawit merupakan pilihan yang paling tepat untuk menghindari asam lemak trans (trans-fatty acid atau biasa disebut transfat). Transfat merupakan zat yang dihasilkan dari proses hidrogenisasi parsial untuk meningkatkan kepadatan suatu minyak dalam pembuatan minyak makan, dan berisiko tinggi menimbulkan penyakit kardiovaskuler. “Otoritas pangan Amerika Serikat (FDA) sejak 2015 memberi waktu tiga tahun kepada industri makanan untuk menemukan pilihan lain untuk menghilangkan transfat dan melarang adanya transfat,” kata Medvedeva.

Menurut Medvedeva, minyak makan sawit yang secara alamiah memiliki komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, bersifat semi solid. Dengan begitu, tidak memerlukan proses hidrogenisasi dalam penggunanya sebagai minyak makan, sehingga asam lemak trans tidak terbentuk. Otoritas pangan Rusia secara prinsip mengikuti standard FDA dalam transfat ini. Tidak heran jika impor dan penggunaan minyak sawit di Rusia semakin tinggi,” katanya.

Teknologi Hilir Sawit

Sementara itu, Kabupaten Pelalawan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan Techno Park Pelalawan, itu telah dimulai sejak 2012. Pengembangan Techno Park Pelalawan diharapkan dapat mendorong pengembangan inovasi dan produk turunan sawit di wilayah setempat Apalagi, pemerintah tengah mendorong penggunaan biodiesel campuran 20% (B20) ke berbagai sektor. Inovasi itu di antaranya mengubah limbah cair sawit alga

Penandatangan MoU antara Kabupaten Pelalawan dengan BPPT telah dilakukan kemarin bertepatan dengan implementasi Pengkajian, Penerapan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi (Iptekin) d-ilam Upaya Mendukung Pembangunan Kabupaten. Penandatanganan dilakukan Bupati Pelalawan Muhamad Harris dan Kepala BPPT Unggul Priyanto di sela-sela seminar internasional sawit memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-23.

Kepala BPPT Unggul Priyantcnne-nuturkan, pengembangan Techno Park terus berproses. Hal ini sebagai bukti peranan BPPT untuk pendampingan aspek teknologi. BPPT akan menjalankan pendampingan dalam fasilitasi perencanaan dan pengembangan yang berfokus pada industri hilir sawit “Kita perlu menggali hasil riset dan inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas sawit. Dan, nilai tambah produk sawit yang ramah lingkungan,” kata Unggul.

Group Chairman eBioTechnology Holding Pte Ltd Toshihide Nakajima menuturkan, limbah cair minyak sawit cocok diolah menjadi alga dibandingkan minyak nabati lain. Sementara itu, tercatat ada delapan unit pabrik sawit di kawasan Techno Park untuk menyuplai 360 ton POME per jam diolah menjadi alga. Studi kelayakan proyek investasi pengolahan POME (limbah cair sawit) menjadi alga telah berlangsung semenjak tahun lalu yang melibatkan peneliti serta mengombinasikan teknologi baik dari Indonesia dan Jepang.

Wakil Ketua Dewan Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan, teknologi pengolahan limbah cair sawit menjadi alga mempunyai dampak ganda bagi perekonomian lokal dan petani rakyat Kawasan Techno Park mempunyai luas 3.754 hektare (ha) yang terbagi atas tujuh zona, di antaranya pendidikan, riset, pemukiman, industri, pemukiman, konservasi, komersial, dan zona publik.

Damiana Simanjuntak

 

Sumber: Invetstor Daily Indonesia