Riauterkini-PEKANBARU-Saat ini, Masyarakat Riau dalam masa sulit Pandemi Corona. Tetapi, dengan luasnya perkebunan sawit dan Akasia di Riau, seharusnya persoalan dampak Covid-19 ini akan lebih mudah dihadapi Riau dibandingkan provinsi lain. Khususnya dari segi ketersediaan masker, APD (alat pelindung diri) paramedis, obat-obatan, disinfektan dan kebutuhan pokok lainnya.

“Ini baru dari sektor Perkebunan Kelapa Sawit dan HTI, belum sektor lainnya seperti pertambangan dan lain-lain. Oleh karena itu, Saya sebagai masyarakat Riau yang membawahi Petani Kelapa Sawit di 22 Provinsi dan 117 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia wajar berharap lebih untuk perhatian dari para pengusaha sektor Perkebunan dan PKS yang beroperasi di Riau,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Ir. Gulat Manurung, MP.,C.APO, ketika dihubungi di kantor Perwakilan DPP APAKSINDO di Jalan Arifin Ahmad.

Idealnya, tambahnya, perhatian perusahaan dimana beroperasi tidak boleh terabaikan. Banyak korporasi di Riau yang berkantor pusat di Jakarta dan cenderung perhatiannya ke Jakarta saja, khususnya dalam hal Mitigasi Covid-19. Kini saat nya menunjukkan bahwa Riau itu kaya dan makmur. Dengan topangan dan kerjasama khususnya sektor perkebunan dan industri pabrik kelapa sawit’ untuk membantu Pemerintah Provinsi Riau mengatasi dampak Covid-19 dan telah PSBB nya Pekanbaru dan akan menyusulnya beberapa Kabupaten/Kota di Riau.

Disinggung langkah yang bisa diambil pemerintah, Gulat menjelaskan, mengingat Peta sebaran Perkebunan kelapa sawit dan PKS di Riau cukup merata hampir disemua kabupaten/kota di Riau maka peran Industri Kelapa Sawit ini sangat strategis membantu Pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten/Kota.Tinggal membagi Peta Zonasi saja kepada masing-masing perkebunan dan PKS berdasarkan Peta Kerja Operasi usahanya. Tidak sulit membaginya, apalagi dengan teknolgi Pemetaan yang sudah canggih saat ini, Peta sebaran titik api saja dalam hitungan menit dapat diketahui melalui Aplikasi Darboard Lancang kuning Polda Riau, apalagi Peta Kerja Perkebunan Sawit dan PKS, pasti lebih gampang, tinggal overlay saja. Jadi setelah hasil overlay maka semua penduduk khususnya yang kurang mampu dibebankan kepada perusahaan yang beroperasi di zona tersebut.

Yang dibebankan tidak perlu yang muluk-muluk, ujar Gulat, cukup menyediakan masker, vitamin C atau suplemen vitamin lainnya, beras, minyak goreng, gula pasir dan mendirikan Posko Mitigasi Corona di Desa atau Kecamatan terdekat dengan lokasi usahanya. Tentu semuanya ini harus berkoordinasi dengan Bupati/Walikota setempat. Untuk keluarga kurang mampu dapat berkoordinasi dengan ketua PKH (Program Keluarga Sejahtera) ditiap Kabupaten, datanya semua ada di PKH lengkap.

“Saya yakin pasti bisa, apalagi kita baru melakukan PilGub 2019, data penduduk Riau masih terbaru. Gubernur, Polda, TNI, Satgas Covid-19 dan para medis bahkan mempertaruhkan nyawanya, semua sudah berjibaku mengatasi dampak Corona ini. Jika digotong royongkan dengan insan perkelapa-sawitan apalagi didukung oleh Insan Perusahaan HTI akan terasa ringan dalam menghadapi dampak meluasnya penyebaran Corona ini. Kita harus patuh kepada Aturan pemerintah tentang pencegahan Covid-19, antara lain pakai masker, hidup sehat, cuci tangan, dirumah saja, kedai kopi ditutup, mal-mal pada merumahkan karyawannya dan lain-lain, disaat masa sulit seperti inilah para pengusaha Riau tampil membantu masyarakat,” terang Gulat, yang juga Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Lingkungan.

Untuk urusan Listrik, tambahnya, penundaan angsuran kredit, paket data internet, penundaan uang sekolah dan lain-lain sudah diurus pemerintah. Khusus untuk APD Paramedis, dapat disalurkan langsung ke Rumah Sakit-rumah sakit dimasing-masing kabupaten/Kota sesuai Peta Zonasi Penugasan Penanggulangan Covid-19 Insan perkelapa-sawitan. Setiap aktivitas dan peran aktif Pembagian tugas ini harus didokumentasikan dan di publikasi ke media supaya masyarakat Riau tahu betapa kompaknya Riau menghadapi dampak Covid-19 ini.

“Dengan semangat gotong-royong akan sangat berdampak kepada psikologis masyarakat Riau, dan jika psikologis kita sudah kuat maka tugas paramedis sudah berkurang, sebab Psikologis yang down akan sangat mudah terpapar Vovid-19 ini,” terang Gulat.

APKASINDO menghimbau khususnya peran Korporasi Industri Kelapa Sawit dalam Mitigasi Covid-19 ?, Pertama karena industri kelapa sawit sampai saat ini masih eksis dalam siklus usahanya dan Jelas karena jika masalah Corona ini tidak teratasi dengan segera maka bukan tidak mungkin Pemerintah pusat mengijinkan LockDown suatu Provinsi, atau bahkan Republik ini yang LocdDown. Jika ini terjadi maka khususnya Industri Kelapa sawit akan sangat dirugikan karena semua proses eksport CPO (70% dari total produksi) dan industri sawit dalam negeri akan kena LockDown juga, akibatnya semua pihak akan dirugikan.

“Dampak Kebersamaan ini akan sangat lebih dasyat jika Pihak Pengusaha HTI di Riau yang luasnya 1.673.060 ha bisa berkoloborasi dengan Insan Perkelapa-sawitan Riau yang total luasnya mencapai 3.387.206 Ha,” kata Gulat.

Khusus PSBB, menurut Gulat, diharapkan kepala daerah mempertimbangkan secara matang dampak dari PSBB. Karena itu, penerapan PSBB harus terencana dan terukur, jangan latah dan ikut-ikutan. Sebab jika tidak terkendali dan terukur, PSBB bisa berdampak fatal.

 

Sumber: Riauterkini.com