JAKARTA. Implementasi wajib penggunaan 20% campuran biodiesel dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar atau B20 untuk seluruh industri, memasuki bulan kelima di Januari 2019 ini. 

Adapun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan realisasi kebijakan ini sudah berjalan 93%. “Secara rata-rata dalam empat bulan (penerapan) B20 sudah 86%. Tapi akhir Desember 2018 sudah 90 %. Lumayan lah, kalau sampai Februari nanti saya kira sudah akan bergerak di atas 93%, antara 95% sampai 96%,” ungkap Darmin usai mengikuti rapat koordinasi pemantauan kebijakan B20 di kantornya, Kamis (17/1). 

Adapun, langkah yang diambil pemerintah untuk meningkatkan implementasi B20 adalah dengan menambahkan dua buah floating storage di Balikpapan, Kalimantan Timur. Darmin berharap dengan penambahan ini, maka implementasi B20 bisa 100%. 

Meski demikian, banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang perlu dilakukan pemerintah hingga mencapai penerapan 100% B20. Hal ini juga terkait masalah cuaca, khususnya distribusi biodiesel melalui jalur laut yang terhambat akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi dalam beberapa waktu terakhir ini. 

Kendati demikian, Darmin mengupayakan berkoordinasi dengan TNI, Kementerian Perhubungan, dan Pemerintah daerah (pemda) terkait untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah tersebut. 

Terkait impor minyak untuk diproduksi menjadi solar, sejauh ini Darmin menyebut ada penurunan. Namun, penurunan ini tidak signifikan sehingga belum terasa dampaknya untuk menekan defisit neraca dagang nasional dari impor minyak dan gas (migas) secara keseluruhan. 

Terkait penggunaan biodiesel untuk 2019 ini, Darmin menyebut penggunaannya bisa mencapai 6 juta kilo liter (kl) atau dengan kata lain setiap bulan ditargetkan penggunaan bahan bakar nabati ini bisa mencapai 500.00 KL. 

Meskipun bisa menekan impor minyak untuk solar, tapi Darmin belum bisa memprediksi penghematan yang bisa dilakukan pada tahun lalu. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi penghematan dari kebijakan B20 sepanjang tahun 2018 mencapai Rp 13 triliun. 

Darmin menyebut target pelaksanaan B20 dalam jangka pendek belum akan berbicara penghematan dari pengurangan impor minyak solar, melainkan dari sisi implementasi yang terus didorong agar bisa segera mencapai 100%. 

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor sangat berharap program B20 ini bisa berjalan efektif dan kemudian ditingkatkan menjadi B30 dan lanjut ke tahapan berikutnya. 

Menurut Tumanggor, optimalisasi konsumsi minyak sawit termasuk untuk Bahan Bakar Nabati menjadi opsi yang paling relevan untuk mengerek kembali harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). 

Tumanggor bilang berbagai langkah memang terus diupayakan para pengusaha minyak sawit agar harga kembali melonjak, namun semua butuh proses. Opsi membuka pasar ekspor baru non tradisional baru terlihat hasilnya dalam jangka panjang, sedangkan opsi memaksimalkan penggunaan biodiesel bisa lebih cepat karena prosesnya sudah berjalan saat ini. 

Sumber: Harian Kontan