MEDAN – Pihak penyelenggara palm oil Expo atau Palmex Medan 2017 memproyeksikan nilai transaksi US$2 juta selama 3 hari penyelenggaraan pameran sawit itu di Kota Medan. Nilai itu akan melampaui pencapaian dalam acara yang sama pada tahun sebelumnya.

Susan “nitia, Managing Director PT Fireworks Indonesia, mengungkapkan pihaknya optimistis dengan proyeksi acara yang diikuti 100 peserta dari 10 negara itu.

“Tahun ini kami memproyeksikan nilai transaksi sebesar US$2 juta, sedangkan tahun lalu US$1,5 juta,” ujarnya di sela-sela pameran di Ballroom Hotel Santika Dyandra Medan, Selasa (3/10).

Selaku penyelenggara kegiatan, Fireworks pun meyakini jumlah pengunjung yang datang ke pameran ini juga akan lebih ramai dari tahun lalu. Tahun lalu, Palmex dikunjungi oleh lebih dari 4.000 orang, sedangkan pada acara ini mereka optimistis angkanya menyentuh 5.000
pengunjung.

Menurutnya, proyeksi peningkatan nilai transaksi dan jumlah pengunjung tersebut berdasarkan beberapa faktor, termasuk adanya sejumlah peserta pameran yang baru terlibat, seperti produk pipa dan mesin pengolah CPO menjadi mentega. Begitu juga dengan jumlah kepesertaan.

Bahkan, bisa saja jumlah peserta pameran yang bergabung dalam pameran yang dilaksanakan pada 3-5 Oktober itu lebih banyak karena tidak sedikit dari peserta yang biasa terlibat dalam pameran di Medan, mengalihkan keikutsertaannya ke acara serupa di Malaysia. Pada 10 November mendatang, Fireworks juga menggelar acara yang sama di Malaysia.

“Tahun ini kami ada event lagi di Malaysia, jadi (peserta pameran) banyak yang pilih sana. Tahun sebelumnya (di Malaysia) tidak ada, mereka 2 tahun sekali.”

Lebih lanjut, Susan mengatakan bahwa meskipun sudah menggelar acara ini sebanyak sembilan kali di Medan, pihaknya belum mempertimbangkan untuk mengadakannya di daerah lain.

Pertimbangan Fireworks untuk tetap melanjutkan penyelenggaraan Palmex di Medan untuk tahun-tahun berikutnya terutama karena para perusahaan sawit dan industri pendukungnya, baik yang berskala dunia maupun Asia, menjadikan Medan sebagai basis operasional.

“Pusatnya kan banyak yang di Medan, kebanyakan headqu- arter-nya ada di sini. Cabangnya ada buka di Kalimantan, Pekanbaru, tetapi tetap head-quarter-nya di Medan.”

KEISTIMEWAAN sawit

Pada kesempatan itu. Direktur Eksekutif Dewan Minyak sawit Indonesia (DMSI) Iskandar Andi Nunung sempat mengutarakan kelapa sawit merupakan komoditas yang istimewa bagi negara. Menurutnya, tidak ada komoditas perkebunan di Indonesia yang diurus oleh lebih dari 10 institusi pemerintah setingkat menteri, belum termasuk pemerintah daerah.

Kemudian, dari 1965 sampai dengan 2014 sawit telah menggantikan posisi vegetable oil lain seperti soybean dan sunflower. Pada 1965, sawit hanya menyumbang sekitar 16% dari total pasar minyak nabati nasional, tetapi pada 2015 bergeser sangat cepat menjadi 43%.

sawit juga menjadi buah bibir, menjadi pembicaraan hampir semua masyarakat dunia. sawit bukan saja emas cokelat, lebih dari itu, dia mutiara, diamond, lebih dari emas.”

Terlebih karena sekarang ini sawit sudah menggantikan nilai ekspor minyak dan gas. DMSI mencatat, proyeksi nilai ekspor sawit pada 2017 bisa mencapai sekitar USS28 miliar dibandingkan dengan 2016 yang hanya sekitar US$20 miliar.

Lebih lanjut, sawit juga dapat menghasilkan banyak minyak nabati dengan lahan yang kecil.

Adapun, produktivitas sawit mencapai 4,7 ton per hektare.

(Yoseph Pencawan)

 

Sumber: Bisnis Indonesia