PEKANBARU, KOMPAS.com – Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) mulai melirik potensi pelepah dan lidi sawit sebagai industri baru di Provinsi Riau.

Sebab, selama ini pelepah dan lidi sawit yang berpotensi meningkatkan ekonomi masih terbiarkan begitu saja.

Padahal, saat ini Riau memiliki kebun kelapa sawit terluas di Indonesia, mencapai 4,02 juta hektar.

Ketua Umum Pengurus Wilayah Japnas Riau Arif Eka Saputra mengatakan, di daerah lain, pelepah dan lidi kelapa sawit sudah punya nilai ekonomi dan bahkan diekspor ke luar negeri.

“Kenapa yang semacam ini di Riau tidak bisa kita jadikan bernilai ekonomi? Ini yang menjadi awal pemikiran itu,” kata Arif kepada wartawan usai pelantikan pengurus PW Japnas Riau periode 2021-2026 di Pekanbaru, Kamis (25/3/2021).

Sementara itu, Ketua Harian PW Japnas Riau Viktor Yonathan mengatakan, seumpama ada 3 juta hektar kebun sawit sudah berproduksi dengan umur di atas delapan tahun, maka, potensi pelepah setiap enam bulan yang bisa dimanfaatkan oleh industri sudah mencapai 1,1 miliar batang pelepah sawit.

“Anggaplah setiap enam bulan dari satu batang kelapa sawit itu dibuang tiga pelepah, dan satu batang pelepah itu menghasilkan 1 kilogram lidi. Maka, lidi yang bisa dimanfaatkan sudah 1 juta ton lebih,” kata Viktor.

Saat ini memang sudah ada yang memanfaatkan lidi sawit sebagai produk yang menghasilkan uang. Lidi sawit diolah menjadi kerajinan tangan.

“Di Indragiri Hulu, Riau, sudah ada yang punya usaha ini. Dari dua perusahaan saja, pengepul ini bisa mendapatkan 17 ton lidi. Harga belinya Rp 2.000 per kilogram. Lidi itu dikirim ke Pakistan,” sebut Victor.

Menurut Viktor, kulit pelepah sawit sangat bisa dijadikan bahan kerajinan mebel.

“Dengan proses pengeringan dan pembersihan, kulit pelepah sawit ini akan kelihatan teksturnya yang bagus. Sebenarnya, pohon kelapa sawit juga sangat bisa untuk jadi mebel, tapi kita fokus dulu ke yang dua ini, pelepah dan lidinya,” ujar Victor.

 

Ketua Umum Japnas Bayu Priawan Djokosoetono menyambut baik rencana Japnas Riau itu.

“Japnas ini kan rumahnya semua kalangan pengusaha, termasuk pengusaha UMKM dengan melirik dan menghasilkan sektor usaha baru. Berarti, Japnas telah memberi warna yang berbeda dan menarik bagi dunia usaha,” kata Bayu kepada wartawan.

Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution menyambut baik inovasi Japnas Riau tersebut.

Menurut dia, kehadiran Japnas Riau saat ini dapat menjadi mitra Pemerintah Daerah (Pemda) dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Bumi Lancang Kuning.

“Provinsi Riau sebagai daerah yang strategis yang menjadi jalur lintas perdagangan internasional, menjadi salah satu daerah dengan pertumbuhan investasi tertinggi se-Sumatera dan peringkat keempat secara nasional,” ujar Edy.

Meski dalam masa perekonomian yang belum pulih akibat pandemi Covid-19, menurut Edy,  Riau tetap menjadi tujuan investasi di Sumatera.

“Kita patut bersyukur bahwa realisasi investasi di Provinsi Riau di tahun 2020 mencapai Rp 49,64 triliun, melampaui target yang telah ditetapkan oleh BKPM RI sebesar Rp 40,8 triliun. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada 2020 mencapai Rp 34,12 triliun,” kata Edy.

 

Sumber: Kompas.com