Peluang ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) ke China semakin besar karena negara itu akan membebaskan bea masuk produk tepung dan bungkil kelapa sawit mulai 2019.

Ketua Bidang Perdagangan dan Promosi Cabungan Pengusaha Kelapa sawit (Gapki) Master P. Tumanggor mengatakan bahwa kebijakan tersebut akan memperkuat penetrasi ekspor CPO dan produk turunannya dari Indonesia ke Negeri Panda. Pasalnya, selama ini Indonesia lebih banyak mengekspor produk biodiesel dan CPO mentah.

“Dengan kebijakan itu. artinya kebutuhan China terhadap bungkil sawit sangat besar. Apalagi potensi kita di produk bungkil dan tepung kelapa sawit cukup besar. Paling tidak dengan adanya pembebasan bea masuk ini akan membuat potensi pasar kita di China terjaga,” katanya, Jumat 128/12).

Kebijakan China itu, katanya, dapat mengurangi kekhawatiran para eksportir CPO di tengah potensi meredanya eskalasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

Dia mengatakan, para eksportir minyak sawit asal Indonesia dalam beberapa waktu terakhir merasa cemas pasca keputusan pemerintah China yang membeli kembali kedelai dari AS dalam jumlah banyak.

Pasalnya, China merupakan salah satu pasar potensial produk CPO Indonesia terutama produk biodiesel. Potensi itu semakin membesar setelah China mulai membatasi pembelian kedelai asai Paman Sam, pada Maret 2018.

Berdasarkan data Gapki, China mulai mengimpor biodiesel dari Indonesia pada Mei 2018. Total biodiesel yang diimpor China dari Indonesia periode Mei- Oktober 201 8 mencapai 637.340 ton.

Pada Oktober 2018, China mengimpor minyak sawit dari Indonesia sebanyak 541.810 ton, naik 63% dari capaian pada September sebesar 332.520 ton.

“Apalagi, China tidak mencabut kebijakannya untuk menutup keran impor rapeseed meal dari India sehingga pesaing produk bungkil kelapasawitkita berkurang di Chi na,” katanya.

 

Sumber: Bisnis Indonesia