Pemerintah bertekad untuk mengembangkan bahan bakar biodiesel yang lebih ramah lingkungan untuk menuju penggunaan “green diesel” sekaligus juga membantu tingkat kesejahteraan para petani dan pekebun kelapa sawit di berbagai daerah.

“Jadi, kita beralih dari bio 20 persen (B20) ke depannya jangka menengah, waktunya nanti pemerintah tentukan, menuju ke green diesel, 100 persen biodiesel. Dengan demikian kita menjadi mempunyai daya tahan atau kemandirian,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam rilis di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, saat ini sudah ada teknologi biofuel 100 persen dengan teknologi yang sama dengan bahan bakar fosil, sehingga tidak mengganggu kondisi teknis beragam mesin.

Dengan demikian, pemerintah mendorong bahwa akan terjadi substitusi impor dengan biofuel atau biodiesel yang 100 persen itu, yang sering disebut sebagai “green diesel”.

Airlangga mengemukakan, dengan sepenuhnya dikerj akan di dalam negeri maka akan mengoptimalkan bahan baku lokal serta mempunyai efek positif yang berantai bagi jutaan petani dan pekebun sehingga juga menunjukkan keberpihakan pemerintah.

Sebagaimana diwartakan, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang bakal melakukan percepatan mandatori biodiesel dalam rangka menekan impor bahan bakar minyak serta menghemat devisa.

“Kami siap mendukung dan memasoknya,” kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor di Jakarta, Rabu (25/7). Menurut dia, bila kebijakan itu benar-benar diterapkan maka serapan dari CPO (minyak kelapa sawit mentah) yang diproduksi banyak di daerah juga akan terserap.

Sementara itu, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengingatkan bahwa perkebunan kelapa sawit di berbagai lokasi banyak yang dikelola oleh kalangan masyarakat kecil.

Sebelumnya, Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan mendukung arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan agar ke depannya dapat ditingkatkan peningkatan biodiesel dalam rangka mengatasi tekanan ekonomi global.

“Kami mendukung arahan Presiden dan Menperin untuk lebih menggunakan Biodiesel guna mengurangi impor bahan bakar juga penghematan devisa kita,” kata Paulus ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (11/7).

Paulus mengutarakan harapannya agar penggunaan biodiesel jenis B20 bisa cepat diperluas di dunia industri yang ada di berbagai daerah di Tanah Air.

Iaber pendapat jika hal itu bisa dilaksanakan dengan baik maka akan signifikan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, yang sekitar setengahnya adalah impor.

Terkait kesiapan teknologi, uj ar dia, saat ini semua pemangku kepentingan sedang menyiapkan program B30.

“Termasuk kesiapan teknisnya seperti standar Biodiesel yang lebih baik, uji laboratorium, dan uji jalan,” paparnya.

 

Sumber: Analisa