JAKARTA. Pemerintah terus memompa pengembangan green fiiel berbasis minyak sawit mentan. Kelak, Indonesia bisa menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100) dan Bioavtur (J100) yang berbasis pada crude palm oil (CPO).

Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Andrian Feby Misna menyampaikan, peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar ramah lingkungan merupakan upaya pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi fosil.

Untuk memuluskan rencana itu, pemerintah mendorong PT Pertamina untuk mengembangkan green fuel di kilang Pertamina yang berada di sentra produksi sawit. Upaya itu baik secara co-processing di kilang existing maupun membangun kilang baru untuk green fuel.

“Produk green fuel ini mempunyai karakteristik yang mirip dengan bahan bakar berbasis fosil, bahkan untuk beberapa parameter kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil,” tutur Feby, Selasa (6/1).

Namun yang pasti, kata dia, Green Diesel atau Diesel Biohydrokarbon memiliki keunggulan dibandingkan diesel yang berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester (FAME). Keunggulan itu di antaranya adalah cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfu r con ten t yang lebih rendah, dan oxidation stability-nya. juga lebih baik serta warna yang lebih jernih.

Co-processing merupakan salah satu cara untuk memproduksi green fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan.

“Saat ini, Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized palm oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang existing dengan menggunakan katalis Merah Putih hasil karya anak bangsa, yakni Tim ITB,” ungkap Feby.

 

Sumber: Harian Kontan