Upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah telah menunjukkan hasil. Tahun depan, Kabinet Indonesia Maju menyakini, kondisi perekonomian akan lebih baik. Apalagi, pemulihan kini ditopang Undang-Undang Cipta Kerja.

KEMENTERIAN Koordinator Bidang Perekonomian, kemarin, menggelar Diskusi Panel Outlook Ekonomi dengan tema Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi di 2021, di Jakarta.

Dalam kesempatan ini. Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah poin penting tentang perkembangan ekonomi. Antara lain, kondisi perekonomian yang kini telah mengalami perbaikan.

“Secara konsisten kebijakan pemulihan ekonomi yang kita jalankan sudah mulai terlihat hasilnya,” ungkap Jokowi, secara virtual, saat membuka acara diskusi.

Jokowi ingin, kebijakan tahun ini yang sudah baik, dilanjutkan tahun depan. Dia mengajak, semua pihak bekerja lebih cepat agar perekonomian cepat bangkit.

“Kita harus mampu bergerak cepat, memperkuat kerja sama dan sinergi. Saya optimis kita akan bangkit, ekonomi kita akan pulih, kembali normal,” ungkap Jokowi.

Jokowi mengungkapkan, ada sejumlah faktor penting yang akan mendukung kinerja perekonomian tahun 2021. Di antaranya, pertama, program vaksinasi Covid-19. Program vaksinasi akan memberikan peran penting. Sebab, hal itu akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Dengan begitu akan meningkatkan konsumsi rumah tangga.

Kedua, implementasi Undang-Undang Cipta Kerja. Regulasi ini akan mendorong aliran investasi ke Tanah Air. Ketiga, perjanjian keringanan bea masuk produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (Generalized System of Preferences/GSP). Kebijakan itu akan mendorong kinerja ekspor.

“Ekspor kita sudah mulai meningkat. Tren itu kita harapkan terus terjaga dan meningkat di tahun 2021,” tuturnya.

Dan keempat, pendirian Sovereign Wealth Fund (SW). Menurutnya, kehadiran SWF ini akan menjadi sumber pembiayaan baru untuk pembangunan Indonesia ke depan. Jadi, tidak hanya berbasis pinjaman tapi bisa dalam bentuk penyertaan modal atau saham.

“Faktor-faktor itu semua akan menjadi pendorong akselerasi pemulihan ekonomi nasional,” imbuhnya.

Beberin Data Pemulihan

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga yakin, tahun 2021 perekonomian Indonesia akan pulih.

Keyakinan itu, papar Airlangga, didukung sejumlah data indikator kinerja perekonomian akhir tahun 2020. Antara Iain, meningkatnya perdagangan di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak naik dari level 5.400 menjadi 6.165,62 pada penutupan pasar per 21 Desember 2020. Dan, JP Morgan memprediksi IHSG bisa mencapai 6.800 pada tahun 2021.

Selain itu, nilai tukar rupiah terus menguat. Kini, berada di level Rp 14.130 per dolar AS. Kemudian, harga komoditas utama Indonesia di pasar global meningkat seperti Crude Palm Oil (CPO) dan nikel.

“Pulihnya harga komoditas ini akan memberikan dampak multiplier yang besar terhadap aktivitas ekonomi domestik sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” jelasnya.

Airlangga menilai, peluang pemulihan ekonomi juga akan didukung perkembangan positif perekonomian global. Menurutnya, aktivitas manufaktur di negara maju dan negara berkembang yang mulai memasuki fase ekspansif. Hal itu akan ikut mendorong meningkatnya aktivitas manufaktur di Indonesia.

“Hal ini mengindikasikan adanya optimisme pelaku sektor bisnis terhadap kondisi perekonomian ke depan,” ujarnya.

Airlangga juga melihat, sinyal perbaikan dari data laporan triwulan III. Perekonomian telah melewati titik terendahnya (rock bottom) di triwulan II 2020.

“Di triwulan III 2020, Indonesia terkontraksi -3,49 persen (year on year), masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain seperti Jerman, Singapura, Filipina, Meksiko, dan Spanyol yang terkontraksi lebih dari 4 persen,” paparnya.

Selain itu, lanjut Airlangga, transaksi berjalan Indonesia untuk pertama kalinya sejak 10 tahun terkahir, surplus sebesar 964 juta dolar AS atau 0,36 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kondisi ini juga didukung oleh neraca perdagangan Indonesia yang sampai dengan Oktober 2020 surplus sebesar 17,07 miliar dollar AS. Serta, cadangan devisa yang cukup tinggi sebesar 135,2 miliar dollar AS pada Triwulan 111/2020.

Airlangga menyebut tren perbaikan juga terlihat pada konsumsi domestik. Permintaan domestik dan keyakinan kon- sumen yang membaik akan memicu aktivitas produksi domestik. “Di sisi supply, di tengah kontraksi ekonomi, masih terdapat sektor yang mampu bertahan dan tumbuh di sepanjang tahun 2020, seperti sektor pertanian, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa pendidikan,” bebernya.

Airlangga mengajak semua pihak untuk bergerak bersama melakukan pemulihan ekonomi. “Tahun 2021 adalah saat yang tepat untuk kembali bekerja, kembali mengembangkan usaha, dan optimis memanfaatkan peluang,” pungkasnya.

 

Sumber: Rakyat Merdeka