Sumber energi abadi bagi kehidupan di planet bumi adalah sinar matahari . Tumbuhan di planet bumi ini merupakan alat kehidupan untuk memanen energi dari matahari, untuk kebutuhan kehidupan di bumi. Melalui proses fotosintesa tumbuhan, energi matahari ditangkap dan disimpat dalam bentuk biokimia (biomass). Tentu saja secara alamiah kemampuan jenis tumbuhan untuk menangkap energi matahari berbeda-beda. Perkebunan kelapa sawit dari berbagai indikator, lebih unggul dari hutan tropis dalam memanen energi matahari.

Perbandingan Kemampuan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Memanen Energi Matahari  Dibandingkan dengan Hutan Tropis.

Indikator Perkebunan Kelapa Sawit Hutan Tropis
Efisiensi Fotosintesis (%) 3,18 1,73
Efisiensi Konversi Radiasi (g/m) 1,68 0,86
Pertumbuhan Biomass (ton/tahun) 8,3 5,8
Produksi Bahan Kering (ton/tahun) 36,5 25,7

Sumber : Henson, I.E. (1999). Comparative Eco-Physiology of Palm Oil and Tropical Forest. Oil Palm and The Environment; A malaysian Perspective. Malaysian Plam Oil Growers Council. Kuala Lumpur. P.9-39.

Dari segi efisiensi proses penangkapan energi matahari (efisiensi fotosintesis, efisiensi konversi radiasi) perkebunan kelapa sawitlebih unggul (lebih efisien) hampir dua kali lipat dari kemampuan hutan tropis. Kemudian dari segi hasil proses penangkapan energi matahari (produksi biomass dan bahan kering) perkebunan kelapa sawit lebih unggul dari pada hutan tropis. Pertumbuhan bimass dan bahan kering tersebut merupakan indikator produksi energi terbarukan (renewable energy), laju penyerapan netto CO2sekaligus alaju akumulasi stok karbon yang diserap persatuan waktu.

Kemudian bila dibandingkan kemampuan kelapa sawit dengan tanaman minyak nabati lainnya ternyata kelapa sawit juga lebih unggul dalam menangkap energi matahari dan menyimpannya dalam bentuk biomass (minyak sawit).

Produksi Energi Terbarukan dan Energi Ratio Kelapa Sawit Dibandingkan Tanaman Lain.

Tanaman Produksi Minyak1)(ton/ha/tahun) Energi Ratio 2)
Minyak Sawit 4,27 2,27
Minyak Rape 0,69 1,73
Minyak Bunga Matahari 0,52   –
Minyak Kacang Tanah 0,45   –
Minyak Kedelai 0,45   –
Minyak Kelapa 0,34   –
Minyak Kapas 0,19   –

Sumber : 1. Oil World (2008). Oil World Statistic. ISTA, Mielke GmBh Hamburg.

  1. Schimidt, J. H. 2009. LCA Assessment of Malaysian Palm Oil.

Energi Ratio = energi yang dihasilkan untuk setiap energi yang digunakan.

Data diatas menunjukan bahwa perkebunan kelapa sawit adalah penghasil bahan energi terbarukan tertinggi dibandingkan tanaman lain. Setiap energi (misalnya energi BBF) yang digunakan pada perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan energi terbarukan 2,27 kali lebih besar. Jika masyarakat internasional bersedia menghemat komsumsi BBF  dan energi yang dihemat tersebut digunakan untuk kegiatan perkebunan kelapa sawit, akan digantikan lebih dua kali lipat dalam bentuk energi terbarukan.

Perkebunan kelapa sawit, bukan hanya menghasilkan energi terbarukan yang paling tinggi tetapi juga dengan biaya yang apling murah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Biaya produksi minyak sawit hanya sekitar 30-40 persen dari biaya minyak nabati lainnya.

Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit adalah penyerap CO2, pengasil energi terbarukan tertinggi dan murah. Sebagai satu ekosistem planet bumi, emisi CO2 yang terlanjur tinggi dihasilkan khususnya dari 10 negara pengemisi CO2 terbesar dunia, Oleh perkebunan kelapa sawit diserap dan sebagian disimpan dalam bentuk biomass, sebagian lagi ditukar dengan energi terbarukan yang lebih murah serta tersedia bagi seluruh masyarakat dunia secara lintas generasi. Dengan tersedianya energi yang lebih murah dan ramah lingkungan, komsumsi BBF global yang tealah tinggi selama ini, dapat dikurangi.

Jadi negara-negara pengemisi GHG terbesar dunia, seharusnya berterimakasih pada para petani kelapa sawit, karena sebagian sampah mereka (emisi CO2) diserap oleh kelapa sawit, dan ditukar dengan energi baru dan oksigen. Jika tetap ingin menikmati kemewahan hidup (komsumsi energi tinggi) sialakan menganti sebagian BBF dengan minyak sawit.

Sumber: Indonesia Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan Global, GAPKI 2013

 

Sumber: Sawitindonesia.com