Jakarta, CNN Indonesia — Pengusaha minyak goreng mengisyaratkan distributor sebagai dalang dibalik mahal dan langkanya minyak goreng di pasaran. Isyarat itu dikemukakan di saat Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi tengah memburu mafia minyak goreng yang disinyalir menjadi biang kerok kelangkaan dan harga mahal.
“Enggak ada urusannya (mafia minyak goreng) dengan produsen dan itu urusannya dengan jalur distribusi,” ungkap Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) Sahat Sinaga kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/3).
Sahat mengaku bahwa dirinya tak mengetahui kabar soal mafia minyak goreng sebelum sidak yang dilakukan Lutfi untuk mengecek pasokan dan harga minyak goreng di lapangan.
“Enggak (tahu), kita tahu itu (mafia) setelah pak Mendag sidak ke lapangan dan diumumkan perubahan dari DMO dan DPO menjadi mekanisme pasar untuk produk kemasan premium dan sederhana. Begitu dilakukan relaksasi, maka bermunculan produk di gerai, pak Mendag betul, kenapa tiba-tiba ada,” ucapnya.
Terlebih, kebijakan Lutfi dengan memberlakukan pemenuhan kewajiban dalam negeri (DMO) telah berhasil mengumpulkan 465 ribu kilo liter minyak goreng. Dengan begitu, ia mengapresiasi kinerja Lutfi demi memenuhi kebutuhan minyak goreng dalam negeri.
Namun demikian, Sahat tak menutup mata bahwa mafia minyak goreng mungkin saja ada. Ia pun mendukung penuh Lutfi untuk menangkap dan mengadili para mafia tersebut.
“Ini karakter kita emang gitu (mafia barang), kenapa heran. Waktu pandemi saja orang sudah mau mati, masker hilang. Itu dihukum agar kapok mereka dan harus jadi bahan pembelajaran agar orang tidak neko-neko dan pemerintah tidak kelihatan lemah. Kami dari produsen dukung penuh untuk dipublikasikan agar jadi pola jera,” jelasnya.
Menurutnya, mafia minyak goreng bisa muncul lantaran harga minyak kelapa sawit mentah di pasaran berkisar antara Rp19 ribu hingga Rp21 ribu. Sementara, pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng sebesar Rp11.500 hingga Rp14.000.
Jelas saja, lanjutnya, perbedaan harga seperti itu dapat menimbulkan mafia dan pasar gelap minyak goreng.
“Dalam sejarah tidak ada yang bisa menghindari disparitas harga, di sana pasti ada black market,” ucapnya.
Sumber: Cnnindonesia.com