Pengusaha siap menjalankan permintaan Presiden Jokowi yang menginginkan campuran biodiesel ke BBM ditingkatkan menjadi sebesar 30 persen (B30). Saat ini, produksi biodiesel di dalam negeri berlimpah dan bisa meningkatkan penyerapan.

KETUA Bidang Pemasaran dan Promosi Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Togar Sitanggang mengatakan, pihaknya menyambut antusias permintaan Presiden Jokowi tersebut. “Kami siap menjalankan program B30,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Ia mengungkapkan, saat ini kapasitas produksi biodiesel dalam negeri sangat besar dan dirasa cukup untuk menjalankan program B30. “Kapasitas terpasang dari 22 pabrik bisa 12 juta ton per tahun. Itu cukup besar dan bisa untuk mendukung program biodiesel 30 persen,” ungkapnya.

Togar mengatakan, Indonesia akan untung besar jika pemerintah menjalankan program biodiesel 30 persen. “Ketergantungan kita akan energi fosil perlahan akan berkurang jika program B30 berjalan,” katanya.

Ia mengatakan, saat ini untuk mendapatkan energi fosil masih harus impor. “Sekarang impor fosil bisa 800 ribu barel per hari atau 50 juta dolar AS per hari. Itu sangat besar. Apalagi kalau dolar sedang naik maka makin besar nilainya. Kalau menggunakan biodiesel, devisa akan terselamatkan,” tuturnya.

Aprobi memperkirakan, penyerapan biodiesel domestik mencapai 3,5 juta kiloliter (kl). Rinciannya, 2,8 juta kl hingga 3 juta kl untuk Public Service Obligation (PSO) dan 500.000 kl akan diserap untuk kebutuhan non-PSO. Dengan penggunaan B30 menggantikan B20, konsumsi biodiesel diperkirakan akan meningkat sebesar 500.000 ton per tahun.

Meskipun begitu, penerapan biodiesel 30 persen diakui tidak bisa dilakukan secepatnya. Saat ini, baik pemerintan maupun industrisawitmasih terus melakukan uji laboratorium dan kesiapan teknologi agar program B30 berjalan lancar.

“Saat ini semua persiapan terus dilakukan. Baik itu teknologi, termasuk kesiapan teknis nya seperti standar biodiesel yang lebih baik, uji laboratorium dan uji jalan. Tapi kami pastikan semua siap dijalankan,” tukasnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Gabungan Pengusaha KelapasawitIndonesia (Gapki) Joko Supriyono. Menurutnya, produksi minyaksawit(Crude Palm Oil/CPO) nasional cukup untuk pengembangan biodiesel 30 persen.

Ia mengatakan, yang menjadi tantangan dalam menjalankan program B30 adalah belum maksimalnya serapan dalam negeri. “Kuncinya bukan pada bahan mentah, tetapi dalam penyerapan pasar,” katanya.

Menurut Joko, sejauh ini daya serap biodiesel relatif bergantung pada sektor transportasi. “Aturan biodiesel wajib 20 persen (B20) yang telah diterapkan banyak difokuskan di sektor kendaraan. Jadi dengan penambahan porsi 30 persen, otomatis pasar biodiesel akan meningkat,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengungkapkan. Presiden Joko Widodo meminta kandungan biodiesel di BBM ditingkatkan menjadi 30persen. Hal itu sebagai satu langkah menghadapi tekanan ekonomi global.

“Bapak Presiden sampaikan adalah terkait dengan biodiesel, di mana penggunaan biodiesel 20 persen, dan sekaligus juga dikaji penggunaan biodiesel ke 30 persen,” ujarnya.

Airlangga mengatakan, pemerintah akan meningkatkan konsumsi biodiesel sebesar 500.000 ton per tahun. “Nah, ini yang Bapak Presiden minta untuk segera dibuatkan kajiannya,” ungkap Airlangga.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, langkah itu akan diperkuat dengan merevisi beberapa pasal Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. “Akan ada revisi untuk satu atau dua pasal dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2015. Kami akan mengubah Perpres secepatnya,” ujarnya.

 

Sumber: Rakyat Merdeka