Peremajaan (replanting) tanaman kelapa sawit di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan masih yang terluas di Indonesia sejak  mulai dilakukan pada 2017.

Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin Iskandar Syahrianto di Palembang, Minggu, mengatakan saat ini sudah 8.134 hektare tanaman sawit yang dalam proses peremajaan, capaian ini lebih cepat dari ekspektasi.

“Sekitar 5.390 hektare sawit sudah selesai peremajaan, tahun ini kami menargetkan penambahan 5.000 hektare, sehingga akhir tahun akan 12.000 hektare sawit diremajakan,” kata Iskandar Syahrianto.

Pemkab Muba menargetkan sebanyak 40.000 hektare lahan sawit diremajakan pada 2022, untuk mencapainya, kata dia, Pemkab Muba mengintensifkan pola-pola pemberdayaan masyarakat agar proses peremajaan terus berakselerasi tanpa hambatan.

Namun menurutnya lahan sawit yang diremajakan saat ini belum menyasar lahan sawit milik rakyat petani karena terhambat faktor kelembagaan, sehingga untuk mengatasinya Pemkab Muba menjalankan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

Petani yang mengikuti PSR harus memenuhi setidaknya 14 syarat dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), jika terpenuhi maka petani dapat mengkases bantuan dana peremajaan.

“Petani akan dibantu Rp25 juta per hektare dengan maksimal bantuan mengakses 4 hektare, petani dapat menggunakan dana itu untuk memperbaiki produktivitas dan penghasilan di masa mendatang,” jelas Iskandar.

Dana PSR sangat penting untuk mendorong peningkatan produktivitas sawit di Muba, karena 45 persen lahan sawit di Kabupaten Muba yang dikelola swadaya oleh rakyat (non-korporasi) masih berkategori sangat rendah produktivitasnya.

Sementara Dewan Pakar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumsel, Dr. Andres Leonardo, mengatakan peremajaan sawit sudah berjalan baik di Kabupaten Muba dan diyakini dapat memperbaiki kesejahteraan petani sawit yang sempat ambruk.

“Bagi Provinsi Sumsel, dengan adanya peremajaan ini artinya fokus pembangunan harus beralih ke sektor pertanian dan perkebunan, karena faktanya sebagian masyarakat Sumsel hidup dari kegiatan agraris, pemerintah perlu mendorong peremajaan sawit agar lebih baik lagi,” ujar  Andreas Leonardo.

Ia mengingatkan perlunya Pemkab Muba merencanakan hilirisasi sawit dengan mulai mendirikan pabrik-pabrik pengolahan sawit.

Hal ini selain untuk memberi nilai tambah ekonomi, juga mengimbangi melimpahnya suplai sawit pasca-peremajaan. Berdirinya pabrik juga akan menyerap lapangan kerja baru.

Sumber: Antaranews.com