Disebutkan Direktur Utama PT Unggul Widya Teknologi Lestari (UWTL), Tjokro Putro Wibowo, sudah semenjak dasawarsa silam, perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam mengembangkan komoditas strategis tersebut dilakukan dengan cara-cara yang sustainable.

Maksudnya, pengembangan perkebunan kelapa sawit juga dilakukan dengan merangkul masyarakat untuk bermitra, sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dalam skim kemitraan inti-plasma.

Kata Tjokro, saat ini perusahaan yang dipimpinnya telah menggandeng masyarakat di sepuluh desa atau mencakup 3.070 KK, dengan luas lahan mencapai sekitar 6.140 hektare (ha). Tak hanya menggandeng masyarakat transmigrasi, penduduk lokal juga diikutsertakan dengan luas lahan mencapai 187 ha atau melibatkan penduduk lokal sebanyak 99 KK, lantas lahan swadaya mencapai 5.000 ha.

Maka bila dibandingkan dengan luas lahan inti yang dikelola perusahaan mencapai sekitar 7.009 ha, tercatat luasannya lebih kecil dibandingkan lahan plasma, kemitraan dan swadaya. “Kami sudah semenjak lama telah menerapkan praktik pengembangan kebun sawit dengan cara yang sustainable, dengan mengajak masyarakat dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit,” kata Tjokro.

Cerita Tjokro, mengembangkan perkebunan kelapa sawit di wilayah Sulawesi Barat bukan perkara mudah, apalagi untuk menuju ke lokasi perkebunan diawal pembangunan sangat cukup sulit. Lantaran guna menuju Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Sulawesi Barat pada tahun 1987, infrastruktur jalan masih sangat minim. (T2)

 

Sumber: Infosawit.com