Rencana Uni Eropa melarang penggunaan sawit untuk campuran biofuel tidak membuat pemerintah menghentikan program biodiesel 20 persen (B20). Program campuran crude palm oil (CPO) ke solar ini tetap jalan. Bahkan, tahun depan jumlah akan terus ditingkatkan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) FX Sutijastoto mengatakan, larangan tersebut tidak mempengaruhi program B20 yang saat ini sedang digenjot pemerintah. Bahkan, kandungan akan ditingkatkan.
“Program B20 tetap berjalan sesuai target. Kandungan dan sebarannya akan ditingkatkan untuk tekan impor BBM,” kata Sutijastoto kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Toto-sapaan akrab FX Sutijastoto-menambahkan, sesuai roadmap pengembangan energi baru terbarukan nasional, program B20 persen ini akan terus dilanjutkan sampai B100. Fokus pengembangan saat ini adalah untuk konsumsi dalam negeri. Kebutuhan solar saat ini cukup tinggi dan masih impor.
“Kalau kita bisa kurangi impor solar dengan penggunaan CPO akan sangat baik. Maka dari itu, program B20 akan terus kita tingkatkan jadi B30 hingga nanti benar-benar 100 persen CPO,” tegasnya.
Direktur Bionergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Feby Andrian menjelaskan, ada beberapa program penggunaan CPO yang sedang dikembangkan ESDM. Misalnya, B30 dan co-processing di kilang untuk menghasilkan green fuel.
“Kami juga akan menggantikan solar-solar di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) PT PLN agar menggunakan CPO. Mudah-mudahan hal ini bisa menyerap CPO dengan maksimal,” tegasnya.
Tidak Usah Takut
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, pemerintah jangan takut dengan larangan sawit sebagai campuran biofuel oleh Eropa. Jika Eropa tak mau, bisa diserap dalam negeri. “B20 jalan terus. Sebentar lagi B30. Jangan takut,” ujarnya.
Menurut dia, kebutuhan sawit untuk dalam negeri sangat tinggi. Selain untuk B20, sawit juga akan digunakan untuk biohidrokarbon. “Nanti akan ada green diesel dan green gasoline. Bahan bakunya dari sawit semua,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan tingginya permintaan sawit ke depan, dia meminta, agar program replanting dijalankan. Sehingga pasokan aman.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, jangan berkecil hati jika Eropa menolaksawitkita. “Kita bisa manfaatkan sawit untuk jadi sumber energi yang kita konsumsi sendiri,” ujar Nicke.
Ia menjelaskan, potensi sawit di Indonesia sangat luar biasa. Di Sumatra misalnya, Pertamina akan mengoptimalkan seluruh potensinya dalam rangka meningkatkan kemandirian energi.
“Kami akan olah sawit jadi fuel avtur, kami bangun kilang-nya di Plaju dan Dumai, dan hasilnya dari B20 nantinya bisa jadi BIOO,” tegas Nicke.
Seperti diketahui, Komisi Eropa memutuskan menghapus secara bertahap penggunaan bahan bakar nabati/ BBN (biofuel) berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) hingga 2030. Kebijakan ini membuat ekspor sawit dan turunannya ke Eropa akan menurun drastis.
Sumber: Rakyat Merdeka