JAKARTA. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memperkirakan penghimpunan dana dari pungutan ekspor sawit mencapai Rp 45 triliun pada 2021. Penambahan dana ini dengan asumsi harga minyak sawit mentah atau cnide Palm Oil (CPO) terus bertahan di kisaran US$ 870 per metrik ton sepanjang 2021 mendatang.

Namun Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman menyatakan perkiraan penerimaan pada tahun depan ini tidak pasti lantaran, harga CPO masih fluktuatif. Karenanya, dia mengatakan BPDPKS membuat beberapa proyeksi besaran dana yang bisa dihimpun dengan harga paling rendah hingga paling tinggi.

“Kalau dengan harga tertinggi, kami optimis bahwa di 2021 harga tetap seperti sekarang. Sekarang harga CPO berdasarkan referensi Kemen-dag US$ 870 per metrik ton, kalau fenomena itu tetap berlanjut seperti itu, dengan proyeksi optimis itu kita bisa mendapatkan Rp 45 triliun,” kata Eddy, Kamis (17/12).

Sementara, bila harga CPO cukup moderat di 2021, diperkirakan BPDPKS bisa menghimpun dana Rp 36 triliun.

Tingginya proyeksi dana yang bisa dihimpun ini pun tak terlepas dari kebijakan terbaru mengenai tarif pungutan ekspor sawit. Melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 191/PMK.05/ 2020, pungutan ekspor CPO berlaku secara progresif, yakni tarif pungutan ditetapkan berdasarkan batasan lapisan nilai harga CPO. Aturan ini berlaku 10 Desember 2020.

Melalui aturan tersebut, pungutan ekspor CPO sebesar US$ 55 per ton bila harganya di bawah atau sama dengan US$ 670 per ton. Kemudian US$ 60 per ton bila harga CPO di atas US$ 670 per ton hingga US$ 695 per ton. Lalu, pungutan CPO akan memadi US$ 75 per ton bila harga di atas US$ 695 hingga US$ 720 per ton.

Saat ini Kementerian Perdagangan menetapkan harga referensi CPO periode Desember 2020 sebesar US$ 870,77 per ton, sehingga pungutan ekspor US$ 180 per ton.

Sebelunuiya, Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Agam FatiUTOchaman meminta agar pemerintah meninjau ulang kenaikan tarif pungutan ekspor CPO ini. Pasalnya, harga CPO baru bangkit setelah lama alami kejatuhan.

 

Sumber: Harian Kontan