JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III Persero) terus melakukan berbagai upaya untuk menciptakan bisnis sawit berkelanjutan, salah satunya dengan melakukan peremajaan tanaman (replanting). Saat ini, sedikitnya 4% dari total luas kebun sawit PTPN III harus diremajakan karena sudah mengalami penuaan tanaman.
Pit Direktur Utama PTPN III Seger Budiarjo mengatakan, setiap tahunnya PTPN III sudah berinvestasi untuk melakukan replanting kebun sawit, dari luas lahan kebun yang dimiliki sekitar 4% di antaranya saat ini harus segera diremajakan. “Luas lahan sawit PTPN III yang harus diremajakan mencapai 500 ribu ha dan ditargetkan 4% di antaranya segera dilakukan peremajaan. Bisnis sawit itu harus ada replanting guna mengganti tanaman lama menjadi tanaman baru sehingga bisnis sawit tetap fresh” ungkap Seger Budiarjo Jakarta, Kamis (5/12).
Seger mengatakan, saat ini memang sudah banyak perusahaan sawit milik swasta maupun pemerintah yang melakukan replanting karena memang mempunyai dampak yang cukup positif bagi produksi. Replanting sawit ini juga banyak diterapkan produsen sawit dunia lainnya karena dianggap sebagai solusi terbaik untuk menciptakan bisnis sawit berkelanjutan. “Sawit perlu didorong karena sawitmerupakan komoditas andalan ekspor Indonesia dan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian,” ungkap Seger.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) juga bertekad mempercepat program peremajaan sawit rakyat (PSR). Semakin tinggi produktivitas sawit maka kesejahteraan petani akan meningkat dan pengusaha akan untung ditambah kinerja ekspor akan semakin bergairah karena sawit memang produk unggulan ekspor. Dirjen Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono mengatakan, hingga akhir tahun ini, luasan PSR mencapai 120 ribu ha. “Kami akan terus berupaya untuk mempercepat
PSR karena ini salah satu program kerja prioritas di Kementan,” ujar dia. Salah satu langkah yang akan ditempuh Kementan untuk mendorong PSR adalah penyederhanaan persyaratan PSR dari 14 menjadi delapan persyaratan. Syarat utama yang harus dipenuhi untuk mengikuti PSR adalah kelembagaan per kebun paling sedikit 20 anggota, memiliki Surat Tanda Daftar Budidaya, kepemilikan lahan tidak dalam sengketa, dan mempunyai legalitas lahan.
Pembelian TBS
Sementara itu, seperti dilansir Antara, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) Alexander Maha menyebutkan kinerja keuangan perusahaannya yang paling merugi di antara 13 perusahaan lainnya yang berada di bawah naungan Holding Perkebunan Nusantara. Sejumlah alasan yang menyebabkan perusahaan terus merugi, antara lain pembelian tandan buah segar (TBS) dari perkebunan plasma. Produktivitas TBS juga terlihat menurun karena lahan perkebunan kelapa sawit yang perlu diremajakan. Tercatat produksi TBS PTPN XIII pada 2017 sebesar 218.796 ton, kemudian anjlok pada 2018 sebesar 140.600 ton.
Alexander menjelaskan, replanting atau peremajaan lahan perkebunan tidak kunjung dilakukan karena ada pengembangan wilayah seluas 22.143 ha. Karena itu, perusahaan pun melakukan sejumlah strategi untuk perlahan membalikkan keadaan keuangan yang saat ini terus merugi, yakni dengan pembelian dari kebun plasma dan bekerja sama dengan Pabrik Kelapa sawit(PKS) yang lebih baik. “Mulai sekarang kita beli TBS plasma dengan manajemen dan PKS yang perform,” kata Alexander dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi FV DPR yang dipimpin oleh Ketua Komisi TV Sudin dari Fraksi PDIP itu membahas prospek pengembangan usaha perkebunan.
Sumber: Investor Daily Indonesia