PT Perkebunan Nusantara (PTPN)Vmenerapkan digitalisasi untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Langkah itu dilakukan dengan menerapkan pemetaan geospasial untuk pengelolaan kebun plasma kelapa sawit. Pemetaan tersebut menggunakan pesawat nirawak atau drone.

Upaya itu dilakukan dengan menggandeng Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekir) serta Pemerintah Provinsi Riau. Nota kesepahaman perjanjian tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Komersial PTPN V Rurianto dan Ketua Aspekir Riau Sutoyo.

Direktur Utama PTPN V Jatmiko Santosa mengatakan, pengelolaan kebun plasma perusahaan ke depan tidak bisa hanya berfokus kepada peremajaan dan peningkatan produksi. Namun, juga melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang terkini dan tepat guna.

“Pengelolaan kebun plasma perusahaan akan dilaksanakan berbasis pemetaan geospasial. Untuk itu kami menggandeng Aspekir Riau sebagai.salah satu wadah yang menaungi koperasi unit desa plasma perusahaan untuk bekerja sama dalam hal pemetaan yang presisi,” ujar Jatmiko dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (8/1).

Pemetaan Geospasial adalah metode pemetaan berbasis foto udara dari drone. Melalui teknologi ini, petani plasma akan mendapat beragam informasi mulai dari luas areal tanam, jumlah pokok yang presisi, peta kontur, peta jalan, peta parit atau sungai, termasuk tingkat kesehatan dari tanaman juga bisa diketahui.

Dengan pemetaan yang presisi, kata dia, petani dan koperasi unit desa dapat merencanakan kebun sawitnya dengan lebih efektif dan efisien.

Selanjutnya, dengan menjalankan berbagai kegiatan yang bernaung di bawah program BUMN untuk Sawit Rakyat, Jatmiko menyampaikan, saat ini koperasi unit desa yang telah bermitra dengan PTPN

Vdalam usia 30 bulan produktivitasnya sudah mencapai 14-16 ton tandan buah segar (TBS) per tahun.

“Produktivitas sebanyak itu sudah di atas standar PPKS (nasional) yang 12 ton TBS pertahun. Untuk itu besar harapan kami, ke depannya kerja sama antara PTPN V dan Aspekir Riau yang juga mendukung Program Satu Data dari pemerintah ini dapat terealisasi dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta berdampak pada produktivitas sawit rakyat yang optimal,” katanya.

Holding perkebunan nusantara terus berupaya meningkatkan pemanfaatan sawit di Indonesia. Sebelumnya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II mulai memasok energi listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) milik perusahaan ke sistem jaringan PT PLN wilayah Sumatra Utara.

Holding perkebunan PTPN III menyebut, pasokan listrik ini berasal dari PLTBg Kwala Sawit dan PLTBg Pagar Merbau milik PTPN II. Pasokan energi terbarukan ini merupakan bentuk pemanfaatan palm oil mill effluent (POME) yang bersumber dari limbah cair pabrik kelapa sawit yang diubah menjadi energi listrik.

 

Sumber: Republika