PT Perkebunan Nusantara VII wilayah Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu menargetkan dapat menekan kehilangan produksi dengan berupaya mengumpulkan butir buah tanggal kelapa sawit. Pengumpulan brondol sawit ini harus diinisiasi seluruh karyawan, mulai dari pekerja, mandor, asisten, hingga manajer.
Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN Holding Mahmudi di Betung, Sumatera Selatan, mengatakan, berdasarkan hasil inspeksinya ke areal perkebunan didapati banyak brondol sawit berserakan yang tidak dipungut pekerja. “Sebutir brondolan ini nilainya sekitar Rp50. Saya punya hitungan berapa nilai losses dari brondolan ini. Jika diakumulasikan bisa Rp 800 miliar per tahun di seluruh PTPN,” kata dia seperti dilansir Antara, kemarin.
Menurutnya, langkah pengumpulan brondol sawit dapat mempercepat kebangkitan perusahaan karena hingga kini perusahaan masih kesulitan cash flow atau keuangan, yang mana PTPN VII menjadi salah satu perusahaan yang mempunyai beban utama cukup tinggi. Beberapa tahun lalu PTPN VII telah melakukan investasi yang cukup besar guna menghasilkan produktivitas yang maksimal, namun sekarang saatnya mulai memanen dari investasi itu.
Terkait inspeksinya pada perkebunan karet Unit Tebenan, Mahmudi juga memastikan bahwa dampak dari virus gugur daun karet oleh virus fusicocum yang menyerang dua tahun lalu, sudah berkurang. “Alhamdulillah sepertinya dampak virus itu sudah berkurang. Daunnya sudah tumbuh dan pulih. Mudah-mudahan sehat terus dan berproduksi lebih baik,” kata dia.
Terkait kinerja pabrik Kelapa Sawit di Betung, Mahmudi melakukan pengecekan proses giling TBS. Dalam pengecekan itu ia menilai masih dibutuhkan upaya lebih keras untuk menekan losses. “Saya melihat di kolam limbah masih ada kandungan minyak. Lalu, saya cocokkan di catatan laboratorium, ternyata memang tercatat losessnya masih di ambang toleransi, sekitar 1,8 persen. Saya duga ini ada setting mesin yang belum tepat,” kata dia.
Sumber: Investor Daily Indonesia