JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus menambah luasan perkebunan kelapa sawit milik rakyat yang masuk dalam program peremajaan tanaman (replanting). Alasannya, dengan melakukan replanting sama saja menambah pendapatan negara. Asumsinya, apabila program replanting kelapa sawit itu bisa dengan cepat dilakukan secara serentak maka akan menghasilkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun per tahun.

Dirjen Perkebunan Kementan Bambang menyatakan, dari total 11,90 juta hektare (ha) kebun kelapa sawit di Indonesia terdapat 4,70 juta ha perkebunan rakyat atau 48%. Dari 4,70 juta ha tersebut, seluas 2,40 juta ha di antaranya masih dikembangkan secara tradisional oleh petani dan tidak sedikit yang menggunakan benih asalan atau tidak bersertifikat.

Bahkan, kebun kelapa sawit yang menggunakan sumber benih tidak baik itu sekarang berkembang jutaan ha dan akibatnya produktivitasnya rendah yaitu hanya 1-2 ton minyak sawit mentah (crude palm oil) per ha.

Menurut Bambang, apabila program replanting kelapa sawit itu bisa dengan cepat dilakukan dengan serentak maka akan menghasilkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun per tahun. Itu semua apabila seluruh perkebunan sawit rakyat mampu memproduksi minimal 8 ton CPO.

“Dengan begitu, setiap tahun kita bisa mendapatkan nilai tambah produktivitas Rp 125 triliun. Artinya, dengan replanting itu sama dengan menambah pendapatan negara,” ujar dia di Jakarta, Jumat (4/1).

Sementara itu, Pemda Bengkulu Utara siap melakukan replanting perkebunan milik masyarakat yang telah melewati umur produktif atau yang menggunakan benih palsu dalam upaya peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat. Program peremajaan tanaman kelapa sawit milik rakyat tersebut dilakukan melalui dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit).

“Kita telah menetapkan target peremajaan seluas 8.000 ha untuk kebun swadaya ataupun plasma untuk tahun ini. Bahkan saat ini seluruh jajaran di Bengkulu Utara tengah bergegas menyiapkan calon petani dan calon lokasi (CPCL) sehingga target tersebut dapat segera direalisasi,” ujar Bupati Bengkulu Utara Mian seperti dilansir Antara, Jumat.

Menurut Mian, pihaknya sangat serius untuk mempersiapkan replanting kelapa sawit karena tanaman tersebut sebagai salah satu komoditas unggulan di Bengkulu Utara, yang mana saat ini luas areal perkebunan sawit rakyat telah mencapai 36.861 ha.

Saat ini, produktivitas tandan buah segar (TBS) sawit rakyat masih rendah yakni 1,18 ton per ha per bulan dan idealnya bisa mencapai 2-2,5 ton per ha per bulan. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan benih palsu, bahkan 40% dari areal perkebunan rakyat atau sekitar 14.475 ha menggunakan benih palsu.

“Atas dasar itulah kami berharap tanaman kelapa sawit yang telah tua atau memiliki produksi rendah karena berasal dari benih illegal dapat digantikan dengan varietas unggul kelapa sawit,” ujar Mian.

Untuk penyediaan benih, Pemda Bengkulu Utara akan mengandalkan peran penangkar pewaralaba sawit. Artinya, melalui penetapan target peremajaan tahun ini akan memberikan gambaran bagi penangkar dalam memperkirakan kebutuhan bibit tahun mendatang. “Untuk memenuhi kebutuhan 8.000 ha di Bengkulu Utara penangkar harus menyiapkan bibit salur 1.040.000 batang,” katanya.

Di sisi lain, Mian mengimbau agar bisa melakukan tumpang sari dengan tanaman lainya selama melakukan replanting, sehingga selama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan petani tetap mendapatkan hasil dari tanaman yang ditumpangsarikan, seperti jagung, ataupun tanaman lainnya.

“Dengan begitu, melalui replanting tidak saja berkontribusi pada perbaikan produksi tanaman sawit rakyatnamun juga turut mendukung upaya mewujudkan swasembada jagung,” ujar Mian.

Sekjen Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia Rusbandi menyambut baik kesiapan Bengkulu Utara untuk meremajakan kelapa sawit rakyat. Dengan replanting, akan memperbaiki produktivitas tanaman rakyat, sehingga meningkatkan produksi CPO nasional.

Seperti diketahui permintaan akan CPO setiap tahunnya terus meningkat sering meningkatnya permintaan biofuel. “Melalui replanting, kami harap dapat meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat melalui penggunaan bahan tanam unggul bermutu berdaya hasil dan mutu lebih baik,” kata dia.

Pada prinsipnya penangkar bibit kelapa sawit di sentra pengembangan kelapa sawit maupun di Provinsi Bengkulu siap melakukan investasi penyediaan benih selama pasarnya jelas serta, proses pembayarannya juga tidak berbelit-belit. “Karena bisnis penangkaran bibit sawit adalah usaha yang sangat beresiko maka diharapkan para pengambil kebijakan memahami hal tersebut,” tuturnya.

 

Sumber: Investor.co.id