JAKARTA – Pemerintah Indonesia mengajak Rusia untuk melakukan kerja sama riset di bidang persawitan. Indonesia juga mengundang lembaga riset Universitas Moskow dan pengusaha Rusia untuk datang ke Tanah Air demi melihat pengelolaan produk sawit nasional dari penanaman sampai produk hilir. Selama ini, pengelolaan industri minyak sawit Indonesia telah berpedoman pada praktik agraria yang baik (Good Agricultural Practices).

Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mengatakan, sejak 2011, Indonesia telah membuat regulasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bersifat mandatori bagi semua perusahaan, sebagaimana komitmen Indonesia mengikuti protokol kesepakatan yang diteken dalam COP 21-Paris tentang pengurangan emisi gas rumah kaca terutama dari sektor perkebunan.

“Upaya serius di bidang sustainability selain penerapan program ISPO adalah zero waste management dengan memanfaatkan POME {Palm Oil Mill Efluent) menjadi bahan bakar energi biomasa atau bio fertilizer,” kata Mendag Enggar dalam keterangannya, kemarin.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) Dono Boestami menuturkan, pihaknya juga mengajak akademisi Rusia, termasuk Medvedev dari Universitas Moskow yang telah mengeluarkan hasil riset terkait aspek kesehatan dari minyak sawit, untuk bekerja sama dalam penelitian riset mengenai produk-produk sawit termasuk biodiesel. “Kami mengajak dilakukannya kerja sama bidang riset terkait berbagai aspek dari pemanfaatan sawit (kesehatan, lingkungan, dan penyerapan karbon),” jelas Dono.

Mendag Enggar mengatakan, Rusia merupakan salah satu pasar minyak sawit yang penting untuk Indonesia. Rusia sebagai mitra perdagangan Indonesia memiliki pasar potensial untuk produk minyak sawit Indonesia. Mendag RI menyampaikan kepada pelaku usaha di Rusia bahwa produk sawit Indonesia merupakan produk yang- sustainable, healthy, dan bersih. Semua produk sawit Indonesia mulai penanaman sampai produksi hilirnya telah mengikuti Standar RSPO, ISPO, dan ISO. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus memastikan penerapan prinsip-prinsip sustainability dalam setiap aspek produk sawit Indonesia,” tegas Mendag.

Dono Boestami menjelaskan, dalam konteks climate change dan komitmen nasional masing-masing negara untuk menurunkan emisi rumah kaca (Indonesia 29% dari btesiness as usual dan Rusia 25-30% di bawah tahun 1990 pada 2030) maka kelapa sawit menjadi salah satu solusi yang menjanjikan

terkait pengembangan energi baru dan terbarukan. “Beberapa negara telah melirik dan mempergunakan biodiesel dari kelapa sawit sebagai bagian dari energy mtr untuk mengurangi ketergantungan pada fossil fuel,” Jelas Dono Boestami.

Pada kesempatan itu juga dilakukan kerja sama melalui Memorandum of Cooperation (MoC) antara Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) dengan pengusaha minyak sawit Rusia. MoC ini oleh Mendag RI dipandang sangat penting guna meningkatkan perdagangan kedua negara terutama Indonesia dan juga untuk memperluas promosi dan diseminasi informasi produk minyak sawit Indonesia di Rusia. Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga yang juga merupakan salah satu inisiatior MoC menyampaikan optimismenya dengan adanya MoC ini. “Perdagangan minyak sawit Indonesia dapat meningkat dua kali lipat dalam satu sampai dua tahun ke depan,” ujar Sahat

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia (LBBP RI) untuk untuk Rusia M Wahid Supriyadi menyampaikan, tujuan dari Forum Bisnis untuk Sawit ini didasarkan pada fakta bahwa Rusia merupakan mitra perdagangan Indonesia yang potensial khususnya untuk minyak sawit “Rusia merupakan salah satu pasar minyak sawit yang penting untuk Indonesia.

Ekspor minyak sawit Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun serta potensinya masih sangat besar untuk ditingkatkan,” jelas Dubes Wahid.

Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri melalui KBRI Moskow bersama-sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) serta asosiasi kelapa sawit menyelenggarakan Festival Indonesia yang dilanjutkan dengan Forum Bisnis Indonesia-Rusia untuk Sawit (Indonesia-Russia Business Forum on Palm Oil). Hal itu dilakukan dalam rangka memperkuat hubungan perdagangan Indonesia dan Rusia serta untuk menjajaki pengembangan pasar produk Indonesia khususnya produk sawit

Turut serta dalam delegasi RI yang dipimpin Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita adalah Direktur Utama BPDP Sawit Dono Boestami, Kanya Lakshmi Sidarta dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Darmono Taniwiryono dari Masyarakat Perkelapasawitan (Maksi), MP Tumanggor dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), M Daulay dari Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) beserta perwakilan dari beberapa perusahaan sawit Indonesia seperti Musim Mas, Permata Hijau, Asian Agri, Wilmar, dan Sinar Mas.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia