Pemerintah Indonesia dan Belanda berkomitmen akan bekerja sama untuk menghapus diskriminasi Uni Eropa terhadap komoditas kelapa sawit.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pernyataan pers bersama Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok di Kemenlu RI, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Itu merupakan kunjungan pertama Stef Blok ke Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Menlu Belanda.

“Saya berbicara dengan Blok bahwa kita akan terus membahas isu minyak kelapa sawit hingga tercapainya solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak,” ujar Menlu Retno dalam keterangan pers bersama Menlu Blok.

“Di sisi Indonesia, kita akan terus bekerja demi menjamin bahwa tidak ada lagi diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit, serta berdialog dengan Uni Eropa, termasuk Belanda –sebagai salah satu anggota UE– untuk menyelesaikan hal itu,” tambahnya.

Lebih lanjut, Retno menambahkan bahwa Indonesia dan Uni Eropa tengah bernegosiasi soal kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA). Harapannya, diskusi tersebut dapat memberikan keuntungan kedua belah pihak pada sejumlah aspek, “Termasuk kepentingan RI soal ekspor minyak kelapa sawit” ke pasar Benua Biru.

Dalam kesempatan tersebut, Menlu Stef Blok tidak menyampaikan keterangan pers khusus soal isu minyak kelapa sawit.

Namun, Negeri Kincir Angin merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa yang menentang langkah organisasi multilateral itu dalam melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan impor komoditas kelapa sawit. Demikian seperti dikutip dari The Malaysian Insight.

Belanda adalah negara Eropa terbesar pengimpor kelapa sawit dari negara pemasok utama, seperti Indonesia, Malaysia, dan Kolombia. Di belakang Negeri Tulip, ada Spanyol, Jerman, Italia dan Belgia sebagai pengimpor CPO terbesar.

Di sisi lain, Belanda juga merupakan negara pengekspor kelapa sawit terbesar di Eropa, dengan nilai ekspor hingga mencapai 1,3 miliar Euro. Demikian seperti dikutip dari Badan Statistik Belanda (CBS).

 

Sumber: Liputan6.com