JAKARTA- Indonesia dan Malaysia sepakat memperkuat kelembagaan Persatuan Negara-Negara Penghasil Minyak kelapa sawit atau Council palm oil Producing Countries (CPOPC). Lembaga ini didorong untuk mengembangkan nilai tambah atau hilirisasi industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Selanjutnya, CPOPC akan mengajak tujuh negara lain untuk bergabung, yaitu Thailand, Kolombia, Nigeria, Papua New Guinea, Pantai Gading, Honduras dan Guatemala. Masuknya negara-negara tersebut diharapkan berdampak positif bagi komoditas CPO di dunia.

“Kami juga mengundang mereka untuk hadir pada FGD yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat di Bali,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, Kamis (24/8).

Pada Rabu (23/8), Menperin bertemu Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datuk Seri Mah Siew Keong di Putrajaya, Malaysia. Menperin melanjutkan, kedua negara akan berkoordinasi menghadapi penetapan tarif dan nontarif yang diterapkan oleh beberapa negara, seperti India yang menaikan bea masuk dua kali lipat menjadi 15% dan Amerika Serikat yang tengah mewacanakan pengenaan antidumping biodiesel.

Selain itu, demikian Menperin, Indonesia-Malaysia akan bersinergi memenuhi kebutuhan CPO untuk Tiongkok. Dua negara penghasil CPO terbesar dunia ini mendukung kebijakan Pemerintah Tiongkok menerapkan program biodiesel campuran 5% dengan solar (B5) sebagai komitmen dalam mengurangi emisi karbon.

“Kami sepakat bersama-sama mendorong Tiongkok bisa menggunakan B5, sehingga mengurangi defisit perdagangan dengan Indonesia dan Malaysia sekaligus sebagai energi yang ramah lingkungan,” kata Airlangga.

Menperin berharap, penggunaan biodiesel di Tiongkok menjadi pasar potensial untuk meningkatkan ekspor produk sawit Indonesia. Bahkan, juga bisa menjadi peluang bagi pelaku industri nasional untuk berinvestasi membangun pabrik biodiesel. “Sawit merupakan salah satu komoditas strategis Indonesia dan Malaysia. Artinya, sukses atau gagalnya komoditas ini ada di tangan kedua negara sebagai pemasok 90% CPO dunia,” ungkap dia.

Oleh karena itu. Kementerian Perindustrian fokus mendorong pengembangan industri CPO di dalam negeri melalui hilirisasi agar mampu meningkatkan nilai tambah tinggi “Indonesia menghasilkan CPO mencapai 35 juta ton pada 2016. Pengembangkan industri hilir pengolahan minyak % sawit, antara lain untuk produk minyak goreng sawit, oleofood, oleochemical, hingga biofuel,” tutur Airlangga.

Pada 2016, kapasitas produksi minyak goreng nasional mencapai 45 juta ton per tahun, oleofood 2,5 juta ton per tahun, oleochemical 3,5 juta ton per tahun, dan biodiesel 10,75 juta ton per tahun.

Sumber: Investor Daily Indonesia