JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan Malaysia membahas penguatan kerja sama bilateral dengan fokus pada kolaborasi di bidang perkelapasawitan. Kedua negara sependapat bahwa negara-negara produsen sawit, terutama yang tergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya siklus harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melalui peningkatan konsumsi di pasar domestik sebagai alat manajemen permintaan.

Demikian disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartar-to saat menerima kunjungan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Zuraida Binti Kamaruddin di Jakarta, Minggu (24/10). Pertemuan tersebut diadakan dalam rangka membahas mengenai penguatan kerja sama bilateral kedua negara, khususnya berdiskusi terkait kebijakan Kelapa Sawit ke depannya. “Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan melaksanakan program mandat biodiesel 30% (B30) di Indonesia dan B20 di Malaysia. Strategi ini penting untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan yang akan menjaga harga CPO global,” ungkap Airlangga dalam keterangannya, kemarin.

Berdasarkan hasil serah terima jabatan ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 CPO PC yang diselenggarakan pada 26 Februari 2021 secara virtual, Indonesia saat ini ditunjuk menjadi Ketua CPO PC untuk tahun 2021. “Hal penting yang ingin kami tekankan adalah pentingnya negara-negara anggota CPO PC mengintensifkan upaya untuk memastikan harga minyak sawit berkelanjutan. Kami menggarisbawahi tren positif atas pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan (harga) minyak sawit secara umum,” jelas Menko Airlangga.

Menanggapi maraknya kampanye negatif terhadap produk sawit, sebagai negara penghasil kelapa sawit, Indonesia-Malaysia perlu melakukan kampanye positif terhadap Kelapa Sawit secara efektif, efisien, dan tepat sasaran. Indonesia mengapresiasi kemajuan program countering anti Palm Oil campaign yang dilakukan CPO PC berdasarkan persetujuan negara anggota (Indonesia-Malaysia). Program-program ini termasuk kampanye advokasi di Uni Eropa, kampanye media sosial di negara-negara anggota, serta strategi komunikasi dan promosi di negara-negara konsumen minyak sawit.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia