InfoSAWIT, JAKARTA – Petumbuhan ekonomi dan konsevasi lingkungan merupakan indikator keberlanjutan yang penting bagi sektor sawit di Indonesia saat ini. Dua kepentingan ini tidak dapat dielakkan dan saling berkompetisi dalam pengembangan sektor sawit di Indonesia.

Sektor sawit sangat vital dan potensial untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun konservasi lingkungan merupakan mandat yang mendasar dan perlu menjadi pertimbangan dalam strategi pembangunan.

Oleh karena itu, untuk pembangunan ekonomi melalui sektor sawit diperlukan fokus untuk rekonsiliasi dua kepentingan yang mencerminkan keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Pemerintah telah menyusun berbagai kebijakan dan program di tingkat nasional untuk mendukung dua kepentingan tersebut diantaranya adalah, pertama, Moratorium perluasan sawit (Instruksi Presiden No.8 Tahun 2018), kedua, Perlindungan lahan gambut (Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2016), ketiga Reformasi Agraria, dan Keempat, Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Selain vital untuk perekonomian Indonesia dan berasosiasi dengan dampak lingkungan, sektor sawit yang luas melibatkan berbagai aktor diantaranya dari korporasi hingga petani kecil. Keberlanjutan sosial sektor sawit dapat dicerminkan salah satunya melalui pembagian manfaat bagi petani kecil.

Oleh karena itu, kami melakukan penelitian sebagai proyeksi bagaimana dampak berbagai kebijakan nasional dan internasional di sektor sawit untuk mencapai keberlanjutan baik dari aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.

Kebijakan internasional diantaranya adalah adanya hambatan ekspor biodiesel oleh Uni Eropa, sebagai salah satu importer besar minyak sawit dari Indonesia. Perkiraan dampak kebijakan tersebut dapat bermanfaat untuk menentukan cara rekonsiliasi dua kepentingan berbeda demi mewujudkan sawit yang berkelanjutan di Indonesia.

 

Sumber: Infosawit.com