InfoSAWIT, JAKARTA – Perlu diakui di Indonesia memang pengelolaan sumberdaya alam utamanya di sektor perkebunan kelapa sawit masih butuh perbaikan terus menerus, mengingat masih banyak kebijakan yang dibuat oleh beberapa pemangku kepentingan dan masih belum selaras.

Perlu dipahami juga bahwa kelapa sawit bukanlah biang utama deforestasi di dunia. Bagaimana dengan lahan yang digunakan untuk peternakan yang mencapai luas tiga perempat lahan areal pertanian di dunia, bukankah sebelumnya areal lahan tersebut adalah hutan yang lebat seperti di Indonesia?

Deforestasi memang tidak bisa dihindari selama pertumbuhan populasi manusia terus meningkat. Tanpa perluasan lahan pertanian dari sebelumnya areal hutan, dunia akan menghadapi ancaman lebih besar.

Mengutip tulisan Patric Moore Phd., berjudul “Pohon Adalah Jawaban”, setiap hari ada sekitar 6 milyar orang bangun dengan kebutuhan nyata untuk makanan, energi dan bahan-bahan. Tantangan untuk kelestarian adalah penyediaan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara yang mengurangi dampak negatif pada lingkungan.

Patric Moore yang sebelumnya adalah pendiri Greenpeace tahun 1971 lalu juga mencatat, memotong kayu saja adalah tidak cukup sebagai penyebab kerusakan hutan. Masalah sebenarnya adalah apakah hutan tersebut musnah selamanya atau ditanami lagi dengan pohon-pohon baru.

“Apabila anda pergi ke Australia, anda akan menemukan bahwa hampir semua orang berpendapat bahwa kerusakan hutan yang terburuk terjadi di Malaysia dan Indonesia, padahal kenyataannya sekitar 40% dari hutan alam Australia telah dirusak untuk pertanian. Hal yang sama terjasdi di Amerika, sekitar 40% dari hutan asli telah dikonversi menjadi ladang pertanian,” catat Patric Moore.

Sementara merujuk data konsumsi minyak dan lemak tahun 2000-2017, terdapat peningkatan konsumsi tahunan sebesar lebih dari 6 juta ton. Bila pasokan bahan pangan semakin sulit untuk dipenuhi, bisa ditebak dunia akan mengalami masa krisis pangan.

Sejauh ini alat yang paling kuat dan sesuai untuk mengurangi CO2 dari bahan bakar fosil adalah penanaman pohon dan penggunaan kayu, kendati demikian membuka hutan juga tidak bisa dibenarkan sepenuhnya, sebab ada teknologi untuk melakukan intensifikasi produksi tanpa melakukan ekstensifikasi. Sebab itu perlu mencari sumber pangan dengan tingkat produktivitas tinggi.

Nah, untuk saat ini diakui atau tidak kelapa sawit adalah sumber minyak nabati dengan produktivitas tertinggi. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi memungkinkan dalam menghemat penggunaan lahan dalam proses budidaya, sehingga berpeluang dalam mengisi kebutuhan pasokan minyak nabati dunia yang setiap tahunnya meningkat.

Sumber: Infosawit.com