Urusan pangan adalah persoalan bangsa. Tanpa ketercukupan pangan, sebuah bangsa dapat hancur karena kelaparan dan kekurangan gizi. Tak heran, banyak kalangan berpendapat perang di masa depan akan dipicu persoalan pangan dan energi. Disinilah perlunya sebuah bangsa membangun kedaulatan dan ketahanan pangan sendiri. Tidak bergantung kepada bangsa lain.

Indonesia adalah negara kaya komoditas pangan dari berbagai daerah. Setiap daerah mempunyai tanaman pangan yang menjadi bagian kearifan lokal. Ada histori dan relasisosial yang mempengaruhi perjalanannya dari berates tahun lalu. Sawit termasuk komoditas pangan yang telah berkembang ratusan tahun lamanya. Walaupun banyak orang tidak sepakat bahwa kelapa sawit dikategorikan pangan. Tetapi, sejumlah akademisi menyebut sawit bagian dari pemenuhan pangan.

 

Tanaman asal Afrika yang berkembang di Indonesia ini; merupakan kandungan bahan baku produk makanan jadi. Baik dalam bentuk minyak goreng dan oleo pangan. Riset pangan berbasis sawit terus berkembang. Tidak lagi dikenal sebagai minyak goreng. Sawit dapat diolah menjadi selain organik tanpa campuran bahan kimia. Saat ini dikenal sebagai minyak sawit merah.

Majalah SAWIT INDONESIA mengadakan diskusi webinar bertemakan “Kontribusi Sawit Bagi Pemenuhan Gizi Indonesia dan Dunia” yang berlangsung 23 Februari 2021. Ada empat pembicar yang mengulas pangan dari beragam perspektif. Di bidang teknologi pangan, Prof Purwiyatno Hariyadi membawakan makalah berjudul “Tantangan (Dan Peluang) Sawit Untuk Pemenuhan Gizi (SDGS) Indonesia & Dunia”. Informasi menariknya adalah sawit sesuai standar WHO. Karena Lembaga Kesehatan Dunia ini mewajibkan rantai produk pangan bebas termasuk minyak nabati supaya bebas trans fat (asam lemak).

 

Ada pula Prof. Posman Sibuea (Guru Besar Universitas Santo Thomas Medan) yang menguraikan kemampuan sebagai golden crop karena produktivitasnya sangat tinggi dibandingkan minyak nabati lain bahkan hingga 3 – 4 kali di atas minyak kedelai dan bunga matahari. Selain itu, pemerintah harus mewaspadai label no palm oil di produk pangan karena merugikan imej dan daya saing sawit. Sementara itu, Prof. Sri Raharjo mengulas kemampuan minyak sawit merah sebagai penangkal stunting dan meningkatkan imunitas tubuh.

Dari kalangan pemerintah, Dr. Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, menguraikan peranan sawit dari segi fortifikasi untuk memenuhi kebutuhan vitamin A. Sebab, konsumsi kalori dari minyak kelapa sawit dan kelapa menyumbang sekitar 12,4 persen.

Sementara itu, kalangan indsutri yang diwakili Fajar Marhaendra, R&D and Product Application Manager Apical Group (PT Asianagro Agungjaya), menjelaskan bahwa APICAL terus mengembangkan produk pangan yang berkualitas dan sesuai standar keamanan maupun keberlanjutan global. Upaya ini akan membantu masyarakat memperoleh produk pangan bergizi tinggi dan sehat.

 

Pembaca, kami harapkan majalah edisi ini semakin baik dan memperkaya khasanah informasi. Selain itu, membantu edukasi dan kampanye positif kelapa sawit.

 

Sumber: Sawitindonesia.com