Petani sawit mandiri mulai semringah. Harga tandan buah segar (TBS) sawit naik dari Rp 1.000 menjadi Rp 1.400 per kilogram. Namun di sisi lain, petani di Kabupaten Tanahlaut mengeluhkan kondisi trek di kebun kelapa sawit mereka. Hal itu terjadi karena bunga sebelumnya gagal jadi buah, akibat musim kemarau panjang. Alhasil penurunan produksi sangat signifikan.

“Iya turun sekali. 50 persen. Biasanya kalau normal dari 15 hektare lahan panen bisa sampai 20 ton. Sekarang cuma sekitar 10 ton.” ujar Bardl, satu petani sawit mandiri di Desa Sungai Riam. Kecamatan Pelaihari. Selasa (21/1). Jadilah harga sawit yang mulai naik tak begitu dirasakan oleh petani sawit mandiri.

Walau begitu, perkebunan sawit masih menarik karena minim perawatan dibanding komoditas lain. “Tidak ada rencana mau ganti komoditas karena sawit lebih mudah dalam hal perawatan.” ucap Bardi yang berkebun sawit sejak 2003. Dia pun berharap pemerintah bisa mempertahankan harga jual TBS sawit per kilogram yang sudah di atas Rp 1.000.

Zainal Abidin, petani sawit mandiri lainnya di Pelaihari juga mengeluhkan musim trek sawit. Penurunan produksi buah terangnya sampai 30 persen. Kondisi itu membuat penghasilan buruh angkut menjadi menurun. “Buahnya kan sedikit jadi penghasilan mereka juga jadi sedikit.” tuturnya.

Dibandingkan produk buah turun tetapi harga naik. Zainal lebih memilih produksi buah tinggi meski harga turun. “Sawit kan setu-run-turunnya harga paling Rp 800. masih ada untungnya meski sedikit.” kata dia. Zainal berharap komoditas sawit tak lagi menjadi prioritas di Tanahlaut. Pasalnya jika semua petani memilih sawit, maka produksinya akan berlebih.

Petani sawit mandiri Kecamatan Tambang Ulang. H Sahyuti. mengatakan, di tengah musim trek, hasil perkebunan sawit diakuinya masih menjanjikan. Menurut dia. di saat merosotnya produksi TBS. petani masih mendapatkan untung meskipun sedikit. Sementara jika harga bertahan di kisaran Rp 1.000 per kilogram dengan produksi sawit yang naik, maka petani sawit mandiri akan lebih baik lagi. “Alhamdulillah masih ada hitungannya, walaupun sedikit. Itu pun kami jualnya ke pengepul juga.” beber dia. Kebun sawit diakuinya minim perawatan dan menghasilkan hingga dua kali dalam sebulan. “Jadi belum ada niat ganti komoditas.” tambahnya.

 

Sumber: Banjarmasin Post