Komoditas sawit diyakini bisa meningkatkan elektrifikasi di Kalimantan Barat (Kalbar). Hal ini mengingat Kalbar merupakan penghasil sawit yang bisa dijadikan biofuel sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) maupun biomassa.

“Biomassa dihasilkan dari tangkos, cangkang, pelepah, dan batang sawit. Kami sudah melakukan penelitian dan ber -hasil,” kata Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Gusti Hardiansyah ketika menjadi pembicara di Seminar \’Pengembangan Industri Kela -pa Sawit Menuju Kemandirian Energi\’ di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), pekan lalu.

Hardiansyah mengatakan, pembangkit listrik biomassa ini bisa menjadi solusi untuk meningkatkan elektrifikasi, terutama di desa-desa sekitar kebun sawit. Manfaat listrik desa dari biomassa sawit ini bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi dah pembangunan kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan kebun sawit maupun hutan dan wilayah pedalaman.

Manfaat lainnya, kata Hardiansyah, mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak (fosil) untuk pembangkit listrik. “Selain itu, juga mereduksi potensi emisi gas rumah kaca dari sektor pembangkit listrik,” katanya.

Data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalbar menyebutkan, dari 2.130 desa/kelurahan, ter -diri atas desa berlistrik dari PLN sebanyak 1.451 (68%), desa berlistrik non-PLN sebanyak 225(ll%), dan sisanya 454 desa (21%) belum teraliri listrik.

Diketahui, total luas kebun sawit di Kalbar seluas 1.455.182 hektare (ha) atau berada di urutan ketiga secara nasional di bawah Provinsi Riau seluas 2.430.508 ha dan Sumatera Utara (Sumut) 1.445.725 ha. Kalbar memiliki 70 pabrik kelapa sawit (PKS) dengan total produksi minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) tiap tahunnya sekitar 3,396 juta ton. “Kalbar memberikan kontribusi sekitar 10% dari total produksi CPO nasional,” kata Hardiansyah.

Menurut Hardiansyah, dari total produksi CPO tersebut, potensi biomassa di Kalbar sangat melimpah namun belum digarap optimal karena belum adanya hilirisasi produk turunan. Padahal dari limbah pabrik itu bisa dihasilkan energi biomassa maupun biofuel.

Dia menghitung dari total kebun sawit di Pulau Kalimantan sebanyak 3.471.843 ha bisa menghasilkan biomassa sekitar 396 MW dan biogas sekitar 198 MW. Karena itu, Hardiansyah optimistis jika semua itu bisa dioptimalkan, maka tidak akan ada lagi desa di Kalbar yang tidak teraliri listrik.

Sementara itu, Gubernur Kalbar Sutarmidji mendukung sawit sebagai energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, terutama listrik dan sarana peningkatan keahlian tenaga kerja di Kalbar. Karena itu, dia menantang pengusaha perkebunan kelapa sawit untuk membangun gedung lembaga sertifikasi tenaga kerja. “Saya minta asosiasi sawit bangun itu gedung untuk sertifikasi tenaga kerja. Bisa gunakan dana corporate social responsibility (CSR) untuk bangun gedung tersebut,” katanya.

Diketahui, ribuan kepala keluarga (KK) di Kalbar menggantungkan hidupnya dari sawit. Terbukti tidak ada lagi illegal logging karena terdiversifikasi oleh eksistensi sawit. Begitupun kawasan di pedalaman yang tumbuh karena sawit. Bahkan perkebunan sawit menutupi lahan-lahan kritis seluas lebih kurang 5 juta ha, akibat konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) yang tidak pernah dilakukan reboisasi.

Di tempat sama, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) Tungkot Sipayung juga meyakini sawit bisa menjadi penyelamat ketersediaan energi di Tanah Air seiring dengan semakin menurunnya produksi minyak dan gas bumi. “Bahan baku tersedia, teknologi telah kita kuasai baik di hulu maupun di hilir. Saya yakin sawit bisa menjadikan Indonesia mandiri energi,” ujarnya.

Belum lama ini,kataTungkot, telah dilakukan riset dan uji coba pengembangan katalis berbahan baku CPO. Riset yang dilakukan Institut Teknologi Bandung (ITB) didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan PT Pertamina (Persero) tersebut hasilnya CPO bisa diubah menjadi green diesel, greengasoline, dangreen avtur.

 

Sumber: Harian Seputar Indonesia