Dengan target 35 ton TBS dan rendemen 26 persen, pelaku perkebunan kelapa sawit yang kini berkembang pada 190 kabupaten di Indonesia telah menyadari bahwa dalam memasuki abad ke dua perkebunan kelapa sawit nasional, sumber pertumbuhan minyak sawit secara evolusioner. Beralihnya dari cara tradisional yang dari perluasan lahan (ekstensikasi) kepada sumber modern yakni peningkatan produktivitas (intensifikasi).

Pertumbuhan produktivitas yang lebih sustainable, karena selain lebih ekonomis dan menghemat lahan yang semakin langka, juga semakin memperbesar fungsi ekologis. Dengan ini, maka posisi Indonesia akan semakin kuat di pasar global, sebagai produsen utama dan eskportir utama CPO dunia, sekaligus salah satu sumber minyak nabati terbesar di pasar global. Peningkatan 35-26 di atas tidak tercapai dengan sendirinya atau “jatuh sendiri dari langit”.

Sasaran ini akan dicapai melalui serangkaian perbaikan (by design) terstruktur, sistematis dan massif pada seluruh aspek perkebunan kelapa sawit. Memerlukan perubahan strategis dan dukungan perubahan pemerintah yang kondusif serta gerakan bersama seluruh pemangku amanah (stake holder) perkebunan kelapa sawit nasional. Ilmu ekonomi dapat membantu untuk merumuskan cara dan tahapan  perbaikan (stages of improvement) serta jalur (roadmap) yang dapat ditempuh tiba pada target produktivitas 9 ton minyak sawit per hektar tersebut.

 

Sumber: Sawitindonesia.com