Pemerintah akan terus meningkatkan penggunaan bahan bakar campuran biodiesel ke solar. Setelah sukses menerapkan campuran 20% atau dikenal B20, sebentar lagi pemerintah terapkan B30.

Tak hanya itu, setelah B30 rencana awal pemerintah akan langsung lompat penerapannya ke B100 atau sering disebut green diesel. Tapi rencana itu berubah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, sebelum penerapan B100 pemerintah akan menerapkan B65.

“Karena B100 itu investasinya agak khusus, jadi itu teknologinya lain. Begitu invest mungkin 3-4 tahun baru keluar hasilnya. Memang kalau invest bisa langsung selesai, seperti bikin pabrik sepatu tahun depan selesai,” ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Darmin menjelaskan untuk menerapkan B100 dibutuhkan teknologi yang tinggi. Sehingga penerapannya memakan waktu bertahun-tahun lamanya.

Nah sambil menunggu, proses investasi untuk membuat B100, pemerintah akan menerapkan B65 terlebih dahulu. Diperkirakan waktu penerapan B65 sekitar 3 tahun dari penerapan B30.

“Jadi belum mungkin bisa langsung loncat ke B100. B100 akan bisa dicapai pada saat investasi. Itu sudah bisa menutupi kebutuhan kita semuanya, kalau belum ya berarti harus campur dengan B30 (menjadi B65),” tambahnya.

Menurut Darmin untuk investasi penerapan B100 dibutuhkan jumlah dana yang sangat besar. Dia memperkirakan mencapai sekitar US$ 20 miliar.

“Tapi itu semua swasta bukan pemerintah. Swasta yang punya pabrik kelapa sawit yang besar-besar itu. Ya mereka juga harus ikut mempertahankan kelapa sawit,” ujarnya.

Tak hanya B100, pemerintah juga akan menggunakan biodiesel terhadap bahan bakar avtur. Bahannya menggunakan minyak inti kelapa sawit yang terkandung dalam biji kelapa sawit.

“Avtur sama juga, waktunya perlu antara 4-7 tahun baru dia mulai menghasilkan,” ucapnya.

 

Sumber: Detik.com