Kebijakan Pemerintah India yang mengajukan pembelian 2,6 juta ton sawit Indonesia akan membawa dampak positif bagi perdagangan tahun ini. Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menjelaskan adanya permintaan dari India bagian dari perbaikan ekspor (export recovery). Karena selama pelarangan ekspor berdampak kepada suplai sawit ke India menjadi terbatas.

“Di pasar domestiknya, India mengalami kekurangan pasokan sawit. Kunjungan Pak Zulkifli Hasan (Mendag) kemarin menciptakan komitmen untuk percepatan. Kedua pihak sepakat akan hal tersebut,” ujar Joko yang ikut rombongan Misi Dagang Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

India adalah pasar tradisional bagi produk sawit dari Indonesia. Sebagian besar permintaan sawit dari negara ini berupa minyak sawit mentah (CPO). Pada 2019, impor sawit India dari Indonesia mencapai 5,04 juta ton. Memasuki tahun 2020, impor agak tergerus menjadi 4,79 juta ton.

Joko Supriyono mengestimasi ekspor sawit Indonesia ke India antara 3,5 juta sampai 4 juta ton.”Ekspor sebesar 4 juta ton sudah maksimal sekali untuk tahun ini,” ujarnya.

Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan RI menjelaskan bahwa India dipilih sebagai kunjungan pertama ke luar negerinya, karena merupakan mitra dagang strategis RI.

“Kedua negara memiliki hubungan sejarah yang panjang dan erat, sesama negara G20 dan ekonominya saling mengisi karena kita saling membutuhkan satu sama lain,” tegas Mendag.

Dijelaskannya, penandatanganan sebanyak 22 MoU pada misi dagang tersebut meliputi produk-produk minyak kelapa sawit (CPO), olein, batu bara, furnitur, perkakas plastik, serta bubur kertas dan kertas dengan nilai total mencapai USD 3,2 miliar.

“Khusus produk kelapa sawit total komitmen yang menjadi kesepakatan sebanyak 2,6 juta ton atau senilai USD 3,16 miliar,” kata Zulhas.

 

Sumber: Sawitindonesia.com