Tiga pabrik Industrial Vegetable Oil  (IVO) akan dibangun di Kawasan Teknopolitan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. Pabrik  IVO ini akan mengubah minyak sawit industri menjadi bahan bakar terbarukan yang lebih berorientasi kerakyatan dan lebih unggul dalam aspek tekno ekonomi. Rencana industri akan dibangun setelah mendapatkan dana hibah sebesar USD 110 juta dari Lembaga Donor Millenium Chalenge Corporation (MCC) Amerika Serikat. Paling lambat 2023 pabrik ini telah bisa beroperasi di Pelalawan.

‘’Kedepan ini kita siap membangun tiga pabrik IVO di zona kawasan Teknopolitan Pelalawan. Paling lambat 2023 pabrik ini telah bisa beroperasi,’’ kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat M Sinaga.

Hal ini dikatakannya saat Kemenperin RI bersama Pemerintah Kabupaten Pelalawan menaja Focus Group Discussion “Pembangunan Pilot Plant Industrial Vegetable Oil Dikawasan Teknopolitan Pelalawan” di gedung Kampus ST2P, kawasan Teknopolitan, Langgam Kabupatenn Pelalawan Riau, Selasa (21/1/2020).

Tidak tanggung-tanggung untuk membangun tiga pabrik besar itu akan menggunanakan dana sebesar USD 110 juta. ‘’Dengan nilai investasi USD 110 juta  yang  merupakan hibah dari Lembaga Donor Millenium Chalenge Corporation (MCC) Amerika Serikat maka tiga pabrik itu akan kita bangun,’’ ujarnya.

‘’Nantinya tiga pabrikan ini akan bisa memproduksi minyak nabati industri (IVO) masing-masing 20 ton/jam,’’ imbuh Sahat M Sinaga optimis sambil menyebutkan kegiatan tersebut guna menopang pembangunan industrialisasi hilir kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan.

Kesempatan yang sama Bupati Pelalawan HM Harris mengatakan, bahwa posisi strategis sumber daya alam (SDA) yang melimpah mendorong Kabupaten Pelalawan berkembang menjadi tujuan hidup banyak orang. Perkembangan ini tentunya diikuti dengan semakin kompleksnya permasalahan pembangunan. Dengan adanya permasalahan tersebut, pihaknya mencetuskan tujuh program strategis untuk mengatasi lima indikator pembangunan.

Kata Bupati, untuk meningkatkan daya saing daerah dan potensi unggul  khas daerah, maka telah memprioritaskan empat kawasan pembangunan unggulan yakni pembangunan kawasan sains dan teknologi (kawasan teknopolitan atau techno Park), pengembangan kawasan wisata bono, pengembangan kawasan sentra pertanian padi, pembangunan kawasan pelabuhan Sokoi.

‘’Kawasan Teknopolitan Pelalawan tempat kita berdiri saat ini, dengan luas lahan yang sudah disiapkan berkisar kurang lebih 3.754 hektare,’’ terangnya.

HM Harris juga mengatakan, bahwa sebagai produk unggulan nasional, komunitas kelapa sawit memberikan kontribusi yang besar terhadap devisa negara, PDRB, dan PDB serta menjadi pengungkit perekonomian daerah. Saat ini perkebunan sawit di Kabupaten Pelalawan  menyumbang 38 persen bagi PDRB Kabupaten dengan luas kebun secara keseluruhan 393.000 hektare atau 40 persen, diantaranya dikelola oleh petani sawit swadaya.

Masih menurut Bupati, pada tahun 2019, Kabupaten Pelalawan sudah menjalin kerjasama dengan  Institute Teknologi Bandung (ITB), perihal pengembangan industri hilirisasi sawit di Kawasan Teknopolitan Pelalawan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

‘’Perlu disampaikan, bilamana ITB telah mengembangkan teknologi katalis merah putih untuk mengubah minyak sawit industri (Industrial Vegetable Oil atau IVO) menjadi bahan bakar terbarukan yang lebih berorientasi kerakyatan dan lebih unggul dalam aspek teknoekonomi,’’ bebernya.

Sehubungan dengan program tersebut Pemerintah Daerah terus melakukan berbagai langkah-langkah yang dianggap perlu penyedia, terutama dalam hal penyediaan bahan baku minyak nabati industri (IVO) melalui kerjasama dengan beberapa koperasi petani sawit swadaya yang berlokasi dikawasan Tekno Park dan penyediaan lokasi pabrik IVO di zona kawasan Teknopolitan Pelalawan.

‘’Program ini merupakan upaya strategis Tekno Park Pelalawan terlibat langsung dalam upaya dan kebijakan nasional dalam pemanfaatan minyak sawit untuk bahan bakar terbarukan yang diharapkan mampu mendorong pengembangan industri hilir kelapa sawit serta pemberdayaan petani sawit swadaya. Program ini sangat kita perlukan, bilamana untuk kemajuan daerah. Untuk itu, saya berharap dukungan dari Pemerintah Pusat demi mewujudkan pembangunan kawasan Teknopolitan Pelalawan,’’ ungkap Bupati.

Direktorat Jenderal Industri Agro, Kemenperin RI Ir Abdur Rochim yang juga hadir pada agenda tersebut menambahkan bahwa pada prinsipnya kedepan masyarakat petani kelapa sawit tidak lagi tergantung kepada perusahaan besar.

Apalagi saat ini konsen pemerintah pusat akan implementasi program biodiesel 30 persen (B30). Bahkan  Presiden meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk memacu BBM sejenis dengan kandungan nabati dan solar. Alasannya, jika BBM biodiesel ditingkatkan, maka akan mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia.

Kemudian sambungnya, Pemerintah juga telah berencana meningkatkan penggunaan bahan bakar biodiesel hingga B100 di masa depan. Melalui Kementerian ESDM, 2019 telah dilakukan persiapan menuju B30, yang terdiri atas uji jalan, pengujian kereta api, alat berat, alutsista, dan lainnya, serta penerbitan SNI Biodiesel (revisi SNI ) tahun 2015.

 

Sumber: Riaupotenza.com