JAKARTA – Tren positif kenaikan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada Juli 2018, diperkirakan terus berlanjut dalam jangka panjang.

Analis Produksi Kelapa sawitC ofco International Roby Fauzan menjelaskan, kondisi pasar CPO global terus membaik. Kendati demikian, meningkatnya ekspor belum akan mampu mengurangi stok dalam negeri secara signifikan.

“Masih akan terus tumbuh ekspornya. Namun, untuk menyedot stok dalam negeri belum akan terlalu signifikan, sebab produksi domestik masih tetap tinggi setidaknya hingga Oktober,” ujarnya, Selasa (26/8)

Kelebihan stok dalam negeri, lanjutnya, masih akan terjadi kendati pemerintah memperluas mandatori penggunaan B20 kepada sektor non- public service obligation (PSO).

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa sawit(Gapki), produksi kelapa sawit pada Juli 2018 mencapai 4,28 juta ton, tertinggi sejak 2015.

Lebih lanjut, Roby memperkirakan tren harga CPO global masih belum akan mengalami kenaikan signifikan, kecuali permintaan minyak sawit di dunia melonjak.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyebutkan, volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO, PKO dan turunannya), oleokimia dan biodiesel membukukan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan menembus 3,22 juta ton, naik 27% dari Juli 2017 yang mencapai 2,54 juta ton.

Salah satu faktor pendorong utama menggeliatnya pasar minyak sawit Indonesia adalah harga yang sedang murah.

Selain itu, kebijakan India yang kembali membeli minyak sawit akibat dari regulasi baru yang menaikkan bea masuk untuk minyak nabati lainnya termasuk kedelai, bunga matahari dan rapeseed turut mendongkrak permintaan CPO Indonesia.

“Sentimen lain juga muncul dari China yang mulai tertarik dengan biodiesel Indonesia,” kata Mukti, seperti dikutip dalam keterangan resminya.

Sepanjang Juli, ekspor minyak sawit Indonesia ke China naik 6%, atau sejumlah 350.120 ton dari Juni. Hal itu terjadi lantaran Beijing mulai mempromosikan penggunaan biofuel dalam rangka mengurangi emisi.

Secara tahunan, capaian kinerja ekspor minyak sawit Indonesia dan industri hilirnya hanya mampu naik 2% pada Juli 2018 dari periode yang sama tahun lalu. Volume ekspor Januari-Juli 2017 mencapai 18,15 juta ton, pada periode yang sama 2018 naik menjadi 18,52 juta ton.

Di sisi produksi, sepanjang bulan Juli 2018 produksi diprediksi mencapai 4,28 juta ton. Ini juga merupakan rekor tertinggi produksi CPO and PKO sejak 2015.

Sementara itu, harga CPO pada Juli bergerak di kisaran US$567,50-US$610 per ton, dengan harga rata-rata US$587,4 per ton.

“Harga CPO global terus tertekan karena hanya minyak nabati lain yang sedang jatuh,” ujarnya.

(Yustinus Andri)

 

Sumber: Bisnis Indonesia