Single Service

Indonesia semakin menatap serius pasar Amerika Latin sebagai destinasi ekspor baru, dengan sektor otomotif dan produk turunan kelapa sawit menjadi andalan utama. Melalui kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara seperti Cile dan Peru, ekspor Indonesia ke kawasan ini diproyeksikan tumbuh signifikan, didorong oleh tarif impor yang lebih rendah dan permintaan pasar yang tinggi. Strategi ini tidak hanya memperkuat daya saing produk RI, tapi juga mendukung target ekspor nasional mencapai miliaran dolar di 2025.​

Sektor Otomotif RI Siap Menaklukkan Amerika Latin

Sektor otomotif Indonesia menonjol sebagai pemimpin ekspor ke Amerika Latin, dengan merek seperti Toyota, Mitsubishi, dan Suzuki mendominasi pasar Cile dan Peru. Pada Januari-Agustus 2025, ekspor mobil utuh Indonesia mencapai 375 ribu unit, dengan target 500 ribu unit hingga akhir tahun, termasuk kendaraan listrik yang semakin diminati di kawasan tersebut. Peningkatan ini didukung oleh produksi lokal yang kuat, di mana Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia bahkan melaporkan ekspor ke lebih dari 50 negara, termasuk Amerika Latin, naik 29,5% menjadi 67.399 unit.​

Alas kaki dan pakaian olahraga juga ikut meramaikan, terutama bagi UMKM Indonesia. Dengan tarif impor alas kaki ke Cile turun menjadi 0-6 persen berkat CEPA, peluang emas terbuka untuk ekspansi, di mana produk RI bisa bersaing dengan harga kompetitif. Hal ini diharapkan mendorong kontribusi UMKM terhadap total ekspor nasional yang mencapai USD 6 miliar untuk roda empat saja pada 2025.​

Kelapa Sawit Indonesia: Andalan untuk Pasar Amerika Latin

Produk turunan kelapa sawit, seperti minyak goreng dan margarin, menjadi unggulan Indonesia di Amerika Latin karena keunggulan efisiensi dan kesehatan dibandingkan minyak bunga matahari atau kedelai. Negara seperti Peru dan Cile, yang lahan sawitnya terbatas, semakin bergantung pada impor dari Indonesia, dengan CEPA memungkinkan 90 persen produk bebas tarif dan ekspor ke Cile tumbuh 15,54 persen. Ekspor CPO Indonesia ke kawasan ini diprediksi bertahan kuat, didukung permintaan biodiesel dan infrastruktur logistik baru seperti Pelabuhan Cancay di Peru.​

Pemerintah Indonesia fokus memasarkan tiga sektor ini melalui CEPA, di mana sawit turunan bisa menembus lebih dari 100 negara, termasuk Amerika Latin yang mengonsumsi tiga perempat produksi sawit regionalnya sendiri. Proyeksi harga CPO di atas USD 1.042 per ton hingga 2026 semakin memperkuat posisi ekspor RI, meski menghadapi tantangan seperti tarif AS yang mendorong diversifikasi pasar.​

Strategi Pemerintah dan Tantangan ke Depan

Pemerintah RI, melalui Kementerian Perdagangan, menargetkan perluasan pasar via aksesi CP-TPP untuk membuka pintu lebih lebar ke Meksiko dan negara tetangga. Infrastruktur seperti pelabuhan baru di Peru akan memangkas biaya pengiriman, sementara fokus pada kendaraan listrik dan biodiesel B50 menjaga momentum ekspor. Meski demikian, kompetisi dari produsen regional dan kebijakan tarif global menjadi tantangan yang perlu diatasi.​

Secara keseluruhan, inisiatif ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menggarap Amerika Latin, dengan potensi peningkatan ekspor hingga miliaran dolar melalui kolaborasi sektor unggulan.