Andalas Forum mengadakan Seminar dan Pameran sawit untuk menjawab persoalan yang tengah dihadapi pelaku industri. Melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor demi terciptanya industri sawit berkelanjutan.
Andalas Forum berdiri atas dasar kesepakatan GAPKI cabang se-Sumatera yang dikukuhkan pada 28 Agustus 2018. Salah satu tujuan pembentukan forum ini memajukan dan mengembangkan industri sawit sebagai pilar pembangunan nasional melalui kegiatan seminar, lokakarya, pelatihan dan pameran.
Wisnu Suharto, Ketua Pelaksana Andalas Forum, menjelaskan bahwa anggota Andalas Forum menghadapi persoalan sama terutama mengenai isu keberlanjutan (sustainability). Sebagian besar anggota GAPKI di Sumatera mempunyai tanaman yang sudah stabil bahkan memasuki masa peremajaan (replanting). Atas dasar itulah seluruh pihak bersepakat untuk mengadakan seminar sawit berkelanjutan di wilayah Sumatera terutama untuk ruang lingkup nasional.
“Seminar andalas forum akan diadakan setiap tahun. Fokus dari seminar akan membahas persoalan sawit berkelanjutan,” kata Wisnu.
Untuk tahun ini, Andalas Forum mengadakan seminar “Membangun Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan di Tengah Isu Lingkungan Global”, yang berlangsung pada 21-22 Februari 2019. Kegiatan ini bertempat di Radisson Golf & Convention Center Batam – Kepulauan Riau. Mengapa seminar ini bertempat di Batam? Wisnu menjelaskan bahwa Batam dipilih untuk pertama kalinya sebagai tempat kegiatan GAPKI. Dengan pertimbangan yaitu posisi Batam lebih strategis dari segi tranportasi bagi anggota GAPKI dan peserta seminar yang akan ikut serta. Selain itu, daerah ini mempunyai potensi wisata nasional.
Tema seminar “Membangun Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan di Tengah Isu Lingkungan Global” akan dijabarkan ke dalam materi-materi seminar dengan tema isu terkini yang dapat memberikan jawaban relevan dengan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan. Hal ini menjadi sangat penting untuk diketahui oleh seluruh pelaku usaha perkebunan di Indonesia.
Wisnu menuturkan bahwa isu moratorium kelapa sawit dengan segala permasalahannya perlu disikapi secara bijaksana oleh seluruh pelaku usaha, sehingga tidak menjadi kontraproduktif. Upaya peningkatan produktivitas perkebunanan kelapa sawit dan kebijakan B-20 pemerintah bertujuan untuk melindungi sekaligus menyelamatkan industri kelapa sawit Indonesia terhadap ketergantungan pasar global. Para pelaku usaha perkebunan perlu memahami kebijakan B-20 dan strategi yang harus dilakukan untuk mendapatkan manfaat kebijakan tersebut.
Dijelaskan Wisnu, kebijakan B-20 diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan CPO dari pasar dalam negeri. Para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitasnya tanpa harus melakukan perluasan lahan sejalan dengan Inpres No. 8 tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit Serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan menerapkan praktek- praktek perkebunan terbaik seperti pemupukan dan pengendalian gulma secara efektif dan efisien dan kemampuan untuk meminimalkan risiko cuaca dan perubahan iklim yang akan terjadi.
Tuntutan pasar akan produk minyak sawit berkelanjutan menjadi persyaratan yang tidak bisa dihindari. Isu lingkungan sebagai dampak dari pengelolaan limbah pabrik dan isu ketenagakerjaan merupakan permasalahan tersendiri yang dapat menghambat pencapaian sertifikasi sustainable palm oil. Permasalahan tersebut di atas akan dibedah secara tuntas dalam kegiatan seminar Andalas Forum, sehingga menjadi penting untuk diketahui dan dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan khususnya para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Seminar ini bertujuan menjadi menyediakan wadah bagi sesama anggota GAPKI atau pelaku industri kelapa sawit untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan sistem tata kelola terbaik kelapa sawit berkelanjutan. Selain itu, dapat menjadi sarana promosi dan komunikasi bagi penyedia teknologi perkebunan kelapa sawit terhadap pelaku usaha.
Sumber: Sawitindonesia.com