InfoSAWIT, JAKARTA – Sementara merujuk informasi resmi CPOPC, terkait tingkat batas aman yang diusulkan Uni Eropa untuk 3-MCPD di minyak sawit telah menjadi bahan diskusi di World Trade Organization (WTO), terutama di Komite WTO untuk Sanitasi dan Pengukuran Fitosanitasi (Komite SPS).
Namun pihak negara-negara anggota CPOPC meyakini bahwa setiap tindakan yang diadopsi oleh Uni Eropa yang juga sebagai Anggota WTO, harus dipersiapkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Perjanjian WTO tentang Penerapan SPS sehingga tidak menjadi ukuran perdagangan yang membatasi.
Masih merujuk informasi resmi dari CPOPC, negara-negara anggota CPOPC telah menyatakan keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi tentang 3-MCPD di Komite SPS WTO setelah Uni Eropa secara resmi menyampaikan pada WTO tentang niat mereka untuk mengusulkan tingkat maksimum 2,5 ppm minyak kelapa sawit / kg dalam makanan atau bahan makanan, yang berbeda dari batas bawah dari 1,25 ppm yang diusulkan.
Upaya pembedaan batas aman tersebut dianggap sebagai bentuk perlakuan yang berbeda dan karenanya tidak sesuai dengan prinsip perlakuan nasional selama membedakan antara minyak yang diproduksi di dalam negeri dan minyak yang berasal dari luar Uni Eropa.
Bahkan pihak CPOC mendukung pekerjaan multilateral di Codex Alimentarius melalui adopsi Kode Praktik untuk Mengurangi Ester 3-Monochloropropane-1, 2-Diol (3-MCPD) dan Glycidyl Esters (GE ) dalam Minyak yang Dimurnikan dan Produk yang Dibuat dengan Minyak yang Dimurnikan.
“Codex Alimentarius seharusnya menjadi platform yang secara internasional didiskusikan, dikembangkan dan diterima terkait batas maksimum keamanan 3-MCPD dan GE,” catat CPOPC dalam informasi resminya yang didapat InfoSAWIT. (T2)
Sumber: Infosawit.com