Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyampaikan paparan kepada kalangan pengusaha Amerika Serikat (AS) mengenai upaya pemerintah dalam mendayagunakan kelapa sawit sebagai sumber energi dan kontribusinya bagi pembangunan berkelanjutan.

Direktur Utama BPDPKS Dono Boestami menyampaikan hal tersebut dalam Palm Oil Seminar bertema “Empowering Palm Oil – An Energy Grand Challenge for Sustainable Growth” di Kedutaan Besar RI di Washington DC, AS, Rabu (16/1/2019).

Dono antara lain menjelaskan mengenai komitmen pemerintah dalam kebijakan mandatori biodiesel yang saat ini sudah menerapkan penggunaan biodiesel 20% (B20) pada seluruh sektor transportasi. 

Disampaikan pula komitmen pemerintah yang akan terus meningkatkan kandungan bio pada bahan bakar campuran tersebut secara bertahap. 

Seminar tersebut digelar dalam rangkaian kunjungan misi dagang Indonesia ke AS yang dilaksanakan sejak 14 Januari 2019. 

Dalam seminar yang dibuka oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ini, hadir pula sebagai pembicara Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta, Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan, perwakilan dari Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Bernard Alexander Riedo, dan perwakilan dari Wilmar Oleo North America LLC John Cummings.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bertemu kalangan pengusaha Amerika Serikat (AS) di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, AS, Senin (14/1/2019). (Foto Kemendag RI)

Misi Dagang 

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang memimpin delegasi dagang Indonesia untuk berkunjung ke Amerika Serikat (AS) pada 14 – 19 Januari 2019 bertujuan untuk meningkatkan ekspor produk Indonesia, termasuk produk kelapa sawit.

Sebanyak 15 pengusaha turut dalam misi dagang kali ini, yakni berasal dari sektor kelapa sawit, alumunium dan baja, hasil laut, kedelai dan gandum, kapas dan tekstil, kopi, ban mobil, emas dan perhiasan, serta daging sapi. 

Selain itu, turut serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Indonesia Biofuels Producers Association (APROBI-IBPA), dan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI).

“Kunjungan kerja ke AS ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai ekspor nonmigas yang ditargetkan naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu, atau sebesar 175,9 miliar dolar AS. Upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor harus dilakukan sedini dan semaksimal mungkin di tengah kondisi pelambatan pertumbuhan ekonomi global,” jelas Mendag dalam keterangan tertulisnya.

Dalam kunjungan kerja tersebut Mendag juga melakukan sejumlah pertemuan, salah satunya yaitu pertemuan bilateral dengan Duta Besar Perwakilan Perdagangan AS (USTR Ambassador) Robert Lighthizer guna menindaklanjuti pemberian tarif preferensial yaitu sistem preferensi umum (Generalized System of Preferences/GSP). Sebanyak 3.546 produk Indonesia diberikan fasilitas GSP berupa eliminasi tarif hingga 0 persen.

Mendag juga bertemu dengan CEO Kamar Dagang dan Industri (Kadin) AS Tom Donohue, dan para pelaku usaha AS, antara lain yang bergerak di sektor alas kaki dan garmen; serta pertemuan dengan para calon investor potensial. Selain itu, Mendag juga akan menghadiri seminar mengenai kelapa sawit, menghadiri forum bisnis, dan membuka penjajakan kesepakatan bisnis (business matching).

Tahun ini, ekspor nonmigas ditargetkan naik menjadi 175,9 miliar dolar AS dibandingkan tahun lalu. Neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus sebesar 4,64 miliar dolar AS pada Januari-November 2018. Dalam periode tersebut, ekspor secara keseluruhan tumbuh positif sebesar 7,7 persen dengan nilai ekspor migas sebesar 15,65 miliar dolar AS dan ekspor nonmigas 150,14 miliar dolar AS.

Sumber: Jabar.antaranews.com